Jumat, 08 November 2013

Motivasi

Pengertian Motivasi
Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang.

Pengertian Motivasi menurut Para Ahli
Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).

Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.

Misalnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman2007: 73), menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu: Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia (walaupun motivasiitu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia, Motivasi di tandai dengan munculnya, rasa/”feeling” yang relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta dapat menentukan tinggkah-laku manusia, Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. 

Menurut Sardiman (2007: 73), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Azwar (2000: 15), motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 
Menurut Malayu (2005: 143), motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi (motivasion) dalam manajemen hanya ditujukkan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Sedangkan menurut Edwin B Flippo (dalam malayu 2005: 143), menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.
 
Menurut American Enyclopedia (dalam malayu 2005: 143), menyebutkan bahwa motivasi sebagai kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentang) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan mengarahkan tindak-tanduknya. Sedangkan menurut G.R. Terry (dalam malayu 2005: 145) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. motivasi itu tampak dalam dua segi yang berbeda, yaitu dilihat dari segi aktif/dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan daya serta potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan apabila dilihat dari segi pasif/statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai peranggsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan.
Teori-teori Motivasi Menurut Para Ahli
A. Hierarki Kebutuhan Maslow
Terdapat lima lingkaran kebutuhan, dari kebutuhan manusia yang paling rendah sampai pada kebutuhan manusia yang paling tinggi. Urutan motivasi yang paling rendah sampai ke motivasi yang paling tinggi.
1.     Kebutuhan fisiologikal
2.    Kebutuhan keselamatan
3.    Kebutuhan berkelompok
4.    Kebutuhan penghargaan
5.    Kebutuhan aktualisasi
B. Teori Murray
Teori kebutuhan menurut  Murray (1938) berasumsi bahwa manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang memotivasinya untuk berbuat. Kebutuhan – kebutuhan manusia itu menurut murray antara lain 1. Pencapaian hasil kerja, 2. Afiliasi, 3. Agresi, 4. Otonomi, 5. Pamer, 6. Kata hati, 7. Memelihara hubungan baik, 8. Memerintah, 9. Kekuatan, dan 10. Pengertian.
C. Teori Alderfer
Menurut teori alderfer ( 1972) disebutkan bahwa manusia itu memiliki kebutuhan yang disingkat ERG ( existence, relatednees, growth). Manusia menurut alderfer pada hakikatnya ingin dihargai dan diakui keberadaannya, ingin diundang, dan dilibatkan. Di samping itu, manusia sebagai makhluk social ingin berhubungan atau bergaul dengan manusia lainnya. Manusia juga ingin selalu meningkat taraf hidupnya menuju kesempurnaan (ingin selalu berkembang).

D. Teori Dua Faktor Dari Herzberg
Mereka melakukan penelitian dengan bertanya pada subjek penelitian tentang waktu ia merasa paling puas terhadap pekerjaannya. Kemudian mencari sebab- sebab mereka merasa puas. Factor kesehatan (ekstrinsik), merupakan factor lingkungan yang menyebabkan ketidakpuasan.
E. Teori Ekspektasi dari Lewin dan Vroom
Teori ekspektasi ini mempunyai asumsi 1.) manusia biasanya melakukan nilai kepada sesuatu yang diharapka dari karyanya. Oleh sebab itu, manusia mempunyai urutan kesenangan diantara sejumlah hasil yang ia harapkan 2) suatu usaha untuk menjelaskan motivasi yang terdapat pada seseorang selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai, ia juga mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang dikerjakan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkan.
Vroom mengembangkan suatu teori motivasi, yaitu intensitas motif seseorang untuk melakukan sesuatu adalah  fungsi nilai atau kegunaan dari setiap hasil yang mungkin dapat di capai dengan persepsi kegunaan suatu tindakan dalam upaya mencapai hasil tersebut.
Guna menguji teori vroom tersebut telah banyak di lakukan penelitian. Terdapat dua  hal penting yang di hasilkan oleh penelitian tersebut, yaitu  : 1. Perbedaan antara imbalan intrinsik dan ekstrinsik. 2. Spesifikasi  dari suatu keadaan dimana ekspektasi dan nilai memengaruhi kualitas pekerjaan seseoraang.
Teori harapan dari vroom ( 1964 ) telah dikembangkan poster dan lawler (1968) serta ahli-ahli lainnya. Vroom menjelaskan bahwa motivasi adalah hasil dari tiga faktor, yaitu 1) valensi, 2) harapan, 3) instrumentasi.
Motivasi = valensi x harapan x instrumentasi

F. Teori McClelland
Motivasi berprestasi ialah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Motivasi afiliasi ialah dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak- banyaknya. Motivasi berkuasa ialah dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada kehendaknya.
Teori ini berusaha menjelaskan achievement- oriented behavior yang didefinisikan sebagai perilaku yang diserahkan terhadap tercapainya standard of excellent. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai needs of achievement yang tinggi selalu mempunyai pola berpikir tertentu ketika ia merencanakan untuk melaksanakan sesuatu, yaitu selalu mempertimbangkan pekerjaan yang akan dilakukan itu cukup menantang atau tidak. Seandainya pekerjaan itu menantang, maka ia memikirkan keuatan, peluang, dan ancaman yang mungkin di hadapi dalam mencapai tujuan tersebut dan menentukan strategi yang akan dilakukan.
G. Teori Perilaku Skinner
            Teori pembentukan perilaku menurut yang dikemukakan Skinner (1974) menyatakan bahwa yang memengaruhi dan membentuk perilaku kerja disebut pembentukan perilaku (operant conditioning) atau disebut juga behavior modification, positive reinforcement, dan Skinnerian conditioning. Pendekatan ini di dasarkan pada hukum pengaruh (law effect) yang menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi pemuasan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang. Jadi, perilaku individu dimasa mendatang dapat diramalkan atau dipelajari.
H.Teori Porter-Lawler
       Teori Porter-Lawler adalah teori pengharapan dari motivasi dengan orientasi masa depan dan menekankan antisipasi tanggapan-tanggapan atau hasil-hasil. Para manajer terutama tergantung pada penghargaan yang akan dating bukan pengalaman masa lampau.
I. Teori Keadilan
       Teori keadilan menyatakan bahwa faktor keadilan atau kewajaran yang memengaruhi sistem pengupahan mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi internal, dimensi eksternal, dan dimensi individual. Dimensi internal berarti setiap jabatan atau posisi dan pekerjaan individu dihargai oleh organisasi atau perusahaan dengan perbandingan yang rasional, dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dimensi eksternal berarti pengupahan dilakukan dengan memerhatikan nilai pasar tenaga kerja diluar organisasi atau perusahaan yang mampu bersaing dengan pengupahan yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan lain yang sejenis. Dimensi individual berarti kewajaran atau keadilan yang dirasakan oleh setiap individu dengan individu lainnya.
Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan atas 2 jenis yaitu:

1. Motivasi intrinsik
motivasi intrinsik adalah motif-motif (daya penggerak) yang menjadi aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dari diri individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.

2. Motivasi ekstrinsik
motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa motivasi yang berasal dari dalam diri adalah motivasi intrinsik, sedangkan motivasi yang berasal dari luar diri dalam melakukan sesuatu disebut motivasi ekstrinsik.

PERSPEKTIF TENTANG MOTIVASI

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Perspektif tentang Motivasi
Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat perspektif : behavioral, humanistik, kognitif dan sosial.

Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristtiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memeotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat.
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi penghargaan atau pengakuan pada murid – misalnya memamerkan karya mereka, memberi sertifikat prestasi, memberi kehormatan, atau mengumumkan prestasi mereka. Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada murid untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti aktivitas yang mereka inginkan, sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik. Insentif ini berupa jam istirahat lebih, izin memainkan game di komputer, perjalanan, atau bahkan pesta.

Perspektif Humanistik
Perspektif humanistik menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Hierarki Kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut :

· Fisiologis : lapar, haus, tidur
· Keamanan (safety) : bertahan hidup, seperti perlindingan dari perang dan kejahatan
· Cinta dan rasa memiliki : keamanan (seurity), kasihsayang, dan perhatian dari orang lain.
· Harga diri : menghargai diri sendiri
· Aktualisasi diri : realisasi potensi diri

Menurut Maslow, misalnya, murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum merka dapat berprestasi. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.

Perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Minat ini berfokus pada ide-ide motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalaan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Jadi, perspektif behavioris memandang motivasi sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung-jawab untuk mengontrol prestasi mereka sendiri.
Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. 

Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman, yaitu kebuthuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat,keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.

Prinsip Motivasi Belajar

Prinsip–prinsip motivasi dalam belajar adalah bagian terpenting untuk diketahui dan dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. 
Prinsip motivasi menurut 
(Oemar Hamalik dalam Mapkis, 2010) ada dua belas. Prinsip untuk memberikan dorongan dan menciptakan gairah atau keinginan yang kuat dan disiplin diri di kalangan peserta didik (siswa). Prinsip - prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut :

1.     Pujian akan lebih efektif dari pada hukuman. Seorang pendidik harus mengetahui kapan melempar pujian kapan menjatuhkan hukuman. Sekalipun terkadang hukuman perlu diberikan, tetapi ada saat-saat dimana pujian perlu dilayangkan. Selain lebih mengena, juga tidak terlalu memberatkan peserta didik. Hukuman memang penting untuk memberikan efek jera. Namun setelah hukuman peserta didik hanya akan mendapatkan rasa kesal dan capai.

2.    Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan. Pendidik harus mahfum benar mengenai hal ini. Apa yang dibutuhkan oleh peserta didik, itulah yang harus diberikan oleh pendidik.

3.    Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Apapun itu kesadaran diri sendiri akan lebih bagus ketimbang pancingan dari luar. Karena bagaimanapun juga yang paling tahu akan seorang individu adalah individu itu sendiri.
4.    Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reiforcement). Dalam artian bahwa segala sesuatu yang serasi dalam kegiatan belajar mengajar selalu membutuhkan penguatan.

5.    Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain. Motivasi adalah efek domino. Jika satu peserta didik sudah terjangkit virus motivasi, kemungkinan peserta didik lainnya untuk turut termotivasi sangatlah besar.

6.    Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi. Apapun yang dilakukan dalam proses belajar mengajar tidak boleh melenceng dari tujuan awal belajr.

7.    Tugas – tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Prinsip ini berkaitan dengan prinsip nomor tiga. Bahwa segala sesuatu yang datang dari dalam diri individu biasanya lebih efektif dikerjakan daripada jika dipaksakan dari luar.

8.    Puji – pujian yang datangnya dari luar(external rewards) kadang–kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Ketika peserta didik mempertontonkan keahliannya dalam suatu hal yang harus dilakukan adalah memujinya. Sekalipun yang ditampilkan belum tentu bagus, karena pujian akan memacu peserta didik untuk lebih mendalami sesuatu yang diminatinya tersebut.

9.    Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat siswa. Bahwa seribu cara mengajar lebih baik ketimbang satu cara mengajar. Satu cara mengajar akan membuat peserta didik mudah bosan. Sedangkan cara mengajar yang bervariasi akan membuat peserta didik terlecut semangatnya untuk lebih giat dalam kegiatan belajar mengajar.

10.  Minat khusus yang dimiliki oleh peserta didik berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya. Soal prinsip yang satu ini akan lebih efektif jika peserta didik itu sendiri yang mengembangkannya. Apa yang menjadi keahliannya bisa diterapkan dalam kegiatan intrakuikuler maupun ekstrakulikuler. Sebagai contoh jika ada seorang peserta didik yang mahir memainkan musik, ketika dalam kurikulum terdapat kompetensi dasar membacakan puisi, peserta didik tersebut bisa membacakan puisi berikut musikalisasinya.

11.  Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa. Dorongan dari sebaya akan lebih efektif daripada dorongan yang dilakukan orang yang tidak seusianya yang biasanya bersifat mengancam.

12.  Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Ada benang merah antara motivasi dan kreativitas. Biasanya kreativitas akan mengalir deras ketika motivasi sedang di puncak tertinggi.
Prinsip–prinsip yang dikemukakan diatas telah dilakukan penelitian oleh beberapa ahli dan terbukti mempunyai hasil yang efektif. Prinsip-prinsip motivasi ini adalah untuk menciptakan sebuah kondisi yang baik dan tepat dalam kegiatan belajar.



Teknik Memotivasi
1. Berpikiran positif. Ketika mengkritik orang begitu terjadi ketidakberesan, tetapi kita lupa member dorongan positif agar mereka terus maju. Jangan mengkritik cara kerja orang lain kalau kita sendiri tidak mampu memberi contoh terlebih dahulu.
2. Menciptakan perubahan yang kuat. Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi oleh diri sendiri. Mengubah perasaan tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi mau. Kata, “Saya juga bisa” dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi.
3. Membangun harga diri. Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita hargai padahal penghargaan merupakan salah satu bentuk teknik memotivasi. Kata “Saya mengharapkan bantuan Anda” atau “ Saya mengharapkan kehadiran Anda” merupakan bentuk penghargaan yang paling murah. Berilah mereka kesempatan untuk bertanggung jawab, berilah wewenang, serta kebebasan untuk berpendapat.
4. Memantapkan pelaksanaan. Ungkapkan dengan jelas, bagaimana cara kerja yang benar, tindakan yang dapat membantu, dan hargai dengan tulus.
5. Membangkitkan orang lemah menjadi kuat. Buktikan bahwa mereka sudah berhasil, dan nyatakan bahwa Anda akan membantu yang mereka butuhkan. Binalah keberanian, kerja keras, bersedia belajar dari orang lain.
6. Membasmi sikap suka menunda-nunda. Hilangkan sikap suka menunda-nunda dengan alasan pekerjaan itu terlalu sulit dan segeralah untuk memulai.
            “Selain itu, ada teknik memotivasi lainnya yang dapat dilakukan terhadap bawahan, yaitu yang di sebut dengan prinsip MOTIVATE (Verma, 1996)
M = Manifest, artinya bangkitkan rasa percaya diri ketika pendelegasian tugas
O = Open, artinya bangkitkan percaya diri ketika mendelegasikan tugas
T = Tolerance, artinya toleransi terhadap kegagalan, mau dan boleh belajar dari kesalahan karena pengalaman adalah guru yang terbaik (tingkatkan kreativitas)
I = Involve, artinya semua pihak terkait dalam pekerjaan (meningkatkan rasa diterima dan komitmen)
V = Value, artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang baik (hadiah apa yang di dapat dan bagaimana mendapatkannya)
A = Align, artinya menyeimbangkan sasaran pekerjaan (proyek) dengan sasaran individu (orang-orang bersemangat mencapai kepuasan yang mereka inginkan)
T = Trust, artinya kejujuran setiap anggota tim (vital dalam memotivasi)
E = Empower, artinya berdayakan setiap anggota tim sewajarnya (khususnya dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaannya).

Daftar Pustaka
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
Usman, Husaini.2011. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara




Tidak ada komentar:

Posting Komentar