Pengertian Motivasi
Motivasi adalah
proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang
individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas,
arah, dan ketekunan
Motivasi
adalah suatu
dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk
mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau
rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam
diri seseorang.
Pengertian
Motivasi menurut Para Ahli
Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi
didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk
bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap
tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang
yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan;
harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu
apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard,
1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang
dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).
Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya,
atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk
bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun,
2003). Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui
dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000;
Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri
sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott,
2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan
dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari
luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard,
1999). Elliott et al. (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan/atau
penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.
Misalnya, dalam kegiatan belajar, motivasi
merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat
terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang
tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk
dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan
motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau
ingin melakukan sesuatu.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman2007: 73),
menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc. Donald ini mengandung
tiga elemen penting yaitu: Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan
energi pada diri setiap individu manusia (walaupun motivasiitu muncul dari
dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia,
Motivasi di tandai dengan munculnya, rasa/”feeling” yang relevan dengan
persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta dapat menentukan
tinggkah-laku manusia, Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan dan tujuan
ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Menurut Sardiman (2007: 73), menyebutkan motif
dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,
terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Azwar (2000: 15), motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Azwar (2000: 15), motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang atau sekolompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Malayu (2005: 143), motivasi berasal dari
kata latin movere yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi (motivasion) dalam manajemen hanya ditujukkan pada sumber daya manusia
umumnya dan bawahan khususnya. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal
yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia, supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Sedangkan menurut Edwin
B Flippo (dalam malayu 2005: 143), menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu
keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara
berhasil, sehingga para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.
Menurut American Enyclopedia (dalam malayu 2005:
143), menyebutkan bahwa motivasi sebagai kecenderungan (suatu sifat yang
merupakan pokok pertentang) dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan
dan mengarahkan tindak-tanduknya. Sedangkan menurut G.R. Terry (dalam malayu
2005: 145) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri
seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.
motivasi itu tampak dalam dua segi yang berbeda, yaitu dilihat dari segi
aktif/dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan,
mengerahkan, dan mengarahkan daya serta potensi tenaga kerja, agar secara
produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan apabila dilihat dari segi pasif/statis, motivasi akan tampak sebagai
kebutuhan sekaligus sebagai peranggsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan,
dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang
diinginkan.
Teori-teori
Motivasi Menurut Para Ahli
A. Hierarki Kebutuhan Maslow
Terdapat lima
lingkaran kebutuhan, dari kebutuhan manusia yang paling rendah sampai pada
kebutuhan manusia yang paling tinggi. Urutan motivasi yang paling rendah sampai
ke motivasi yang paling tinggi.
1.
Kebutuhan
fisiologikal
2.
Kebutuhan
keselamatan
3.
Kebutuhan
berkelompok
4.
Kebutuhan
penghargaan
5.
Kebutuhan
aktualisasi
B. Teori Murray
Teori kebutuhan
menurut Murray (1938) berasumsi bahwa
manusia mempunyai sejumlah kebutuhan yang memotivasinya untuk berbuat.
Kebutuhan – kebutuhan manusia itu menurut murray antara lain 1. Pencapaian
hasil kerja, 2. Afiliasi, 3. Agresi, 4. Otonomi, 5. Pamer, 6. Kata hati, 7.
Memelihara hubungan baik, 8. Memerintah, 9. Kekuatan, dan 10. Pengertian.
C. Teori Alderfer
Menurut teori
alderfer ( 1972) disebutkan bahwa manusia itu memiliki kebutuhan yang disingkat
ERG ( existence, relatednees, growth). Manusia menurut alderfer pada hakikatnya
ingin dihargai dan diakui keberadaannya, ingin diundang, dan dilibatkan. Di
samping itu, manusia sebagai makhluk social ingin berhubungan atau bergaul
dengan manusia lainnya. Manusia juga ingin selalu meningkat taraf hidupnya
menuju kesempurnaan (ingin selalu berkembang).
D. Teori Dua Faktor Dari Herzberg
Mereka melakukan
penelitian dengan bertanya pada subjek penelitian tentang waktu ia merasa
paling puas terhadap pekerjaannya. Kemudian mencari sebab- sebab mereka merasa
puas. Factor kesehatan (ekstrinsik), merupakan factor lingkungan yang
menyebabkan ketidakpuasan.
E. Teori Ekspektasi dari Lewin dan
Vroom
Teori ekspektasi ini
mempunyai asumsi 1.) manusia biasanya melakukan nilai kepada sesuatu yang
diharapka dari karyanya. Oleh sebab itu, manusia mempunyai urutan kesenangan
diantara sejumlah hasil yang ia harapkan 2) suatu usaha untuk menjelaskan
motivasi yang terdapat pada seseorang selain harus mempertimbangkan hasil yang
dicapai, ia juga mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang
dikerjakan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkan.
Vroom
mengembangkan suatu teori motivasi, yaitu intensitas motif seseorang untuk
melakukan sesuatu adalah fungsi nilai
atau kegunaan dari setiap hasil yang mungkin dapat di capai dengan persepsi
kegunaan suatu tindakan dalam upaya mencapai hasil tersebut.
Guna menguji teori
vroom tersebut telah banyak di lakukan penelitian. Terdapat dua hal penting yang di hasilkan oleh penelitian
tersebut, yaitu : 1. Perbedaan antara
imbalan intrinsik dan ekstrinsik. 2. Spesifikasi dari suatu keadaan dimana ekspektasi dan
nilai memengaruhi kualitas pekerjaan seseoraang.
Teori harapan dari
vroom ( 1964 ) telah dikembangkan poster dan lawler (1968) serta ahli-ahli
lainnya. Vroom menjelaskan bahwa motivasi adalah hasil dari tiga faktor, yaitu
1) valensi, 2) harapan, 3) instrumentasi.
Motivasi = valensi x harapan x
instrumentasi
F. Teori McClelland
Motivasi berprestasi ialah dorongan
dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya
mencapai tujuan. Motivasi afiliasi ialah dorongan untuk berhubungan dengan
orang lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak- banyaknya. Motivasi
berkuasa ialah dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada
kehendaknya.
Teori ini berusaha menjelaskan
achievement- oriented behavior yang didefinisikan sebagai perilaku yang
diserahkan terhadap tercapainya standard of excellent. Menurut teori ini,
seseorang yang mempunyai needs of achievement yang tinggi selalu mempunyai pola
berpikir tertentu ketika ia merencanakan untuk melaksanakan sesuatu, yaitu
selalu mempertimbangkan pekerjaan yang akan dilakukan itu cukup menantang atau
tidak. Seandainya pekerjaan itu menantang, maka ia memikirkan keuatan, peluang,
dan ancaman yang mungkin di hadapi dalam mencapai tujuan tersebut dan
menentukan strategi yang akan dilakukan.
G. Teori Perilaku Skinner
Teori
pembentukan perilaku menurut yang dikemukakan Skinner (1974) menyatakan bahwa
yang memengaruhi dan membentuk perilaku kerja disebut pembentukan perilaku
(operant conditioning) atau disebut juga behavior modification, positive
reinforcement, dan Skinnerian conditioning. Pendekatan ini di dasarkan pada
hukum pengaruh (law effect) yang menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan
konsekuensi pemuasan cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti
konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang. Jadi, perilaku individu dimasa
mendatang dapat diramalkan atau dipelajari.
H.Teori
Porter-Lawler
Teori Porter-Lawler adalah teori
pengharapan dari motivasi dengan orientasi masa depan dan menekankan antisipasi
tanggapan-tanggapan atau hasil-hasil. Para manajer terutama tergantung pada
penghargaan yang akan dating bukan pengalaman masa lampau.
I.
Teori Keadilan
Teori keadilan menyatakan bahwa faktor
keadilan atau kewajaran yang memengaruhi sistem pengupahan mencakup tiga
dimensi, yaitu dimensi internal, dimensi eksternal, dan dimensi individual.
Dimensi internal berarti setiap jabatan atau posisi dan pekerjaan individu
dihargai oleh organisasi atau perusahaan dengan perbandingan yang rasional,
dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dimensi eksternal berarti pengupahan
dilakukan dengan memerhatikan nilai pasar tenaga kerja diluar organisasi atau
perusahaan yang mampu bersaing dengan pengupahan yang diberikan oleh organisasi
atau perusahaan lain yang sejenis. Dimensi individual berarti kewajaran atau
keadilan yang dirasakan oleh setiap individu dengan individu lainnya.
Jenis-Jenis
Motivasi
Menurut Sardiman (2005:89-91), motivasi dibedakan atas 2
jenis yaitu:
1. Motivasi intrinsik
motivasi intrinsik adalah motif-motif (daya
penggerak) yang menjadi aktif dan berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena
dari diri individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi ekstrinsik
motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang
menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa motivasi
yang berasal dari dalam diri adalah motivasi intrinsik, sedangkan motivasi yang
berasal dari luar diri dalam melakukan sesuatu disebut motivasi ekstrinsik.
PERSPEKTIF TENTANG
MOTIVASI
Motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Perspektif tentang Motivasi
Perspektif psikologi
menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang
berbeda pula. Ada empat perspektif : behavioral,
humanistik, kognitif dan sosial.
Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral
menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan
motivasi murid. Insentif adalah peristtiwa atau stimuli
positif atau negatif yang dapat memeotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan
insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada
pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan
mereka dari perilaku yang tidak tepat.
Insentif yang dipakai
guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang
kualitas pekerjaan murid, dan tanda bintang atau pujian jika mereka
menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi
penghargaan atau pengakuan pada murid – misalnya memamerkan karya mereka,
memberi sertifikat prestasi, memberi kehormatan, atau mengumumkan prestasi
mereka. Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada murid untuk
melakukan sesuatu yang spesial, seperti aktivitas yang mereka inginkan, sebagai
ganjaran atas hasil mereka yang baik. Insentif ini berupa jam istirahat lebih,
izin memainkan game di komputer, perjalanan, atau bahkan
pesta.
Perspektif Humanistik
Perspektif humanistik
menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan
untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan
Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum
memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Hierarki Kebutuhan Maslow,
kebutuhan individual harus dipuaskan dalam urutan sebagai berikut :
· Fisiologis : lapar, haus,
tidur
· Keamanan (safety) :
bertahan hidup, seperti perlindingan dari perang dan kejahatan
· Cinta dan rasa memiliki :
keamanan (seurity), kasihsayang, dan perhatian dari orang lain.
· Harga diri :
menghargai diri sendiri
· Aktualisasi diri :
realisasi potensi diri
Menurut Maslow,
misalnya, murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum merka dapat
berprestasi. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk
mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.
Perspektif Kognitif
Menurut perspektif
kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Minat ini berfokus pada
ide-ide motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka
(persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalaan, terutama persepsi
bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa
mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif.
Jadi, perspektif
behavioris memandang motivasi sebagai konsekuensi dari insentif eksternal,
sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya
tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid
diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung-jawab untuk mengontrol prestasi
mereka sendiri.
Perspektif kognitif
tentang motivasi sesuai dengan gagasan R.W. White (1959), yang mengusulkan
konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi
untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan
memproses informasi secara efisien.
Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi
atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara
aman, yaitu kebuthuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima
dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Kebutuhan afiliasi murid
tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan
dekat,keterikatan mereka dengan orangtua, dan keinginan untuk menjalin hubungan
positif dengan guru.
Prinsip
Motivasi Belajar
Prinsip–prinsip motivasi dalam belajar
adalah bagian terpenting untuk diketahui dan dapat dilaksanakan dalam proses
belajar mengajar.
Prinsip motivasi menurut (Oemar Hamalik dalam Mapkis, 2010) ada dua belas. Prinsip untuk memberikan dorongan dan menciptakan gairah atau keinginan yang kuat dan disiplin diri di kalangan peserta didik (siswa). Prinsip - prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut :
Prinsip motivasi menurut (Oemar Hamalik dalam Mapkis, 2010) ada dua belas. Prinsip untuk memberikan dorongan dan menciptakan gairah atau keinginan yang kuat dan disiplin diri di kalangan peserta didik (siswa). Prinsip - prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut :
1.
Pujian
akan lebih efektif dari pada hukuman. Seorang
pendidik harus mengetahui kapan melempar pujian kapan menjatuhkan hukuman.
Sekalipun terkadang hukuman perlu diberikan, tetapi ada saat-saat dimana pujian
perlu dilayangkan. Selain lebih mengena, juga tidak terlalu memberatkan peserta
didik. Hukuman memang penting untuk memberikan efek jera. Namun setelah hukuman
peserta didik hanya akan mendapatkan rasa kesal dan capai.
2.
Semua
siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan. Pendidik harus mahfum benar mengenai hal
ini. Apa yang dibutuhkan oleh peserta didik, itulah yang harus diberikan oleh
pendidik.
3.
Motivasi
yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang
dipaksakan dari luar. Apapun itu kesadaran
diri sendiri akan lebih bagus ketimbang pancingan dari luar. Karena
bagaimanapun juga yang paling tahu akan seorang individu adalah individu itu
sendiri.
4.
Jawaban
(perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reiforcement). Dalam artian bahwa segala sesuatu yang
serasi dalam kegiatan belajar mengajar selalu membutuhkan penguatan.
5.
Motivasi
mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain. Motivasi adalah efek domino. Jika satu
peserta didik sudah terjangkit virus motivasi, kemungkinan peserta didik
lainnya untuk turut termotivasi sangatlah besar.
6.
Pemahaman
yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi. Apapun yang dilakukan dalam proses
belajar mengajar tidak boleh melenceng dari tujuan awal belajr.
7.
Tugas
– tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih
besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Prinsip ini berkaitan dengan prinsip
nomor tiga. Bahwa segala sesuatu yang datang dari dalam diri individu biasanya
lebih efektif dikerjakan daripada jika dipaksakan dari luar.
8.
Puji –
pujian yang datangnya dari luar(external rewards) kadang–kadang
diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Ketika peserta didik mempertontonkan
keahliannya dalam suatu hal yang harus dilakukan adalah memujinya. Sekalipun
yang ditampilkan belum tentu bagus, karena pujian akan memacu peserta didik
untuk lebih mendalami sesuatu yang diminatinya tersebut.
9.
Teknik
dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat
siswa. Bahwa seribu cara
mengajar lebih baik ketimbang satu cara mengajar. Satu cara mengajar akan
membuat peserta didik mudah bosan. Sedangkan cara mengajar yang bervariasi akan
membuat peserta didik terlecut semangatnya untuk lebih giat dalam kegiatan
belajar mengajar.
10. Minat khusus yang dimiliki oleh peserta didik berdaya guna untuk mempelajari hal-hal
lainnya. Soal prinsip
yang satu ini akan lebih efektif jika peserta didik itu sendiri yang
mengembangkannya. Apa yang menjadi keahliannya bisa diterapkan dalam kegiatan
intrakuikuler maupun ekstrakulikuler. Sebagai contoh jika ada seorang peserta
didik yang mahir memainkan musik, ketika dalam kurikulum terdapat kompetensi
dasar membacakan puisi, peserta didik tersebut bisa membacakan puisi berikut
musikalisasinya.
11. Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih
efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang
dewasa. Dorongan dari sebaya
akan lebih efektif daripada dorongan yang dilakukan orang yang tidak seusianya
yang biasanya bersifat mengancam.
12. Motivasi yang tinggi erat hubungannya
dengan kreativitas siswa. Ada benang
merah antara motivasi dan kreativitas. Biasanya kreativitas akan mengalir deras
ketika motivasi sedang di puncak tertinggi.
Prinsip–prinsip
yang dikemukakan diatas telah dilakukan penelitian oleh beberapa ahli dan
terbukti mempunyai hasil yang efektif. Prinsip-prinsip motivasi ini adalah
untuk menciptakan sebuah kondisi yang baik dan tepat dalam kegiatan belajar.
Teknik
Memotivasi
1. Berpikiran
positif. Ketika mengkritik orang begitu terjadi ketidakberesan, tetapi kita
lupa member dorongan positif agar mereka terus maju. Jangan mengkritik cara
kerja orang lain kalau kita sendiri tidak mampu memberi contoh terlebih dahulu.
2. Menciptakan
perubahan yang kuat. Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi oleh diri
sendiri. Mengubah perasaan tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi mau.
Kata, “Saya juga bisa” dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi.
3. Membangun harga
diri. Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita hargai
padahal penghargaan merupakan salah satu bentuk teknik memotivasi. Kata “Saya
mengharapkan bantuan Anda” atau “ Saya mengharapkan kehadiran Anda” merupakan
bentuk penghargaan yang paling murah. Berilah mereka kesempatan untuk
bertanggung jawab, berilah wewenang, serta kebebasan untuk berpendapat.
4. Memantapkan
pelaksanaan. Ungkapkan dengan jelas, bagaimana cara kerja yang benar, tindakan
yang dapat membantu, dan hargai dengan tulus.
5. Membangkitkan
orang lemah menjadi kuat. Buktikan bahwa mereka sudah berhasil, dan nyatakan
bahwa Anda akan membantu yang mereka butuhkan. Binalah keberanian, kerja keras,
bersedia belajar dari orang lain.
6. Membasmi sikap
suka menunda-nunda. Hilangkan sikap suka menunda-nunda dengan alasan pekerjaan
itu terlalu sulit dan segeralah untuk memulai.
“Selain itu, ada teknik memotivasi
lainnya yang dapat dilakukan terhadap bawahan, yaitu yang di sebut dengan
prinsip MOTIVATE (Verma, 1996)
M = Manifest, artinya
bangkitkan rasa percaya diri ketika pendelegasian tugas
O = Open, artinya
bangkitkan percaya diri ketika mendelegasikan tugas
T = Tolerance,
artinya toleransi terhadap kegagalan, mau dan boleh belajar dari kesalahan
karena pengalaman adalah guru yang terbaik (tingkatkan kreativitas)
I = Involve, artinya
semua pihak terkait dalam pekerjaan (meningkatkan rasa diterima dan komitmen)
V = Value, artinya
nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang baik (hadiah apa yang di
dapat dan bagaimana mendapatkannya)
A = Align, artinya
menyeimbangkan sasaran pekerjaan (proyek) dengan sasaran individu (orang-orang
bersemangat mencapai kepuasan yang mereka inginkan)
T = Trust, artinya
kejujuran setiap anggota tim (vital dalam memotivasi)
E = Empower, artinya
berdayakan setiap anggota tim sewajarnya (khususnya dalam pengambilan keputusan
dan pelaksanaannya).
Daftar Pustaka
Santrock.,
J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada
Media Group
Usman, Husaini.2011. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar