Pengambilan Keputusan
Konsep Pengambilan Keputusan
Para pakar memberikan pengertian keputusan sesuai
dengan sudut pandang dan latar belakang pemikirannya. Menurut James A.F.
Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini
mengandung tiga pengertian, yaitu:
(1) ada pilihan atas dasar logika atau
pertimbangan;
(2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih
salah satu yang terbaik; dan
(3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu
makin mendekatkan pada tujuan
tersebut.
Pengertian keputusan yang lain
dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran
daripada proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada
suatu alternatif.
Dari pengertian keputusan tersebut
dapat diperoleh pemahaman bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah
sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif
dari beberapa alternatif.
Setelah dipahami pengertian keputusan, selanjutnya
dikutipkan pendapat para pakar mengenai pengertian pembuatan atau – yang sering
digunakan – pengambilan keputusan. Menurut George R. Terry pengambilan
keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua
atau lebih alternatif yang ada. Kemudian, menurut Sondang P. Siagian
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling cepat. Selanjutnya, menurut James A. F. Stoner pengambilan
keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai
cara pemecahan masalah.
Berdasarkan pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses
pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk
ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan sebagai
kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi sebagai pangkal atau
permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah secara individual
dan secara kelompok baik secara institusional maupun secara organisasional. Di
samping itu, fungsi pengambilan keputusan merupakan sesuatu yang bersifat
futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang,
dimana efek atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Terkait dengan fungsi tersebut,
maka tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan: (1)tujuan
yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal
terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah,
artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain dan
(2) tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang
bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari
satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau
lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak
kontradiktif.
Agar pengambilan keputusan dapat
lebih terarah, maka perlu diketahui unsur atau komponen pengambilan
keputusan. Unsur pengambilan keputusan itu adalah:
(1) tujuan dari
pengambilan keputusan;
(2) identifikasi alternatif keputusan yang memecahkan
masalah;
(3) perhitungan tentang faktor-faktor yang tidak dapat diketahui
sebelumnya atau di luar jangkauan manusia; dan
(4) sarana dan perlengkapan
untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan
5 Dasar Dalam
Pengambilan Keputusan
George R. Terry menyebutkan 5 dasar dalam pengambilan
keputusan, yaitu:
Intuisi
Pengambilan
keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang
berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan keputusan
berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan
relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif
kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.
Pengalaman
Pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis,
karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya
keputusan yang akan dihasilkan.
Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya
kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan
dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas (otentik),
tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek
diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan
sehingga dapat menimbulkan kekaburan.
Fakta
Pengambilan
keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang
sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil
keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang
dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
Rasional
Pada
pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan
bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan
hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan
mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan
keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada
pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:
1. Kejelasan masalah: tidak ada
keraguan dan kekaburan masalah.
2. Orientasi tujuan: kesatuan
pengertian tujuan yang ingin dicapai.
3. Pengetahuan alternatif:
seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
4. Preferensi yang jelas:
alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
5. Hasil maksimal: pemilihan
alternatif terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.
http://informatika.web.id/5-dasar-dalam-pengambilan-keputusan.htm
Dasar-dasar pendekatan pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh
prosedur dan teknik sertadidukung oleh informasi yang tepat (accurate),benar(reliable) dan tepatwaktu(timeliness)
. Ada beberapa landasan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan yang sangat bergantung dari permasalahan itu sendiri.Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan
dasar-dasar pendekatandari pengambilan keputusan yang dapat digunakan
yaitu :
Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan
memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh.Pengambilan
keputusan berdasarkan intuisn ini mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan :
-waktu yang digunakan untuk mengambil
keputusan relatif lebih pendek
-untuk masalah yang pengaruhnya terbatas,
pengambilan keputusanini akan memberikan kepuasan pada umumnya
-kemampuan mengambil keputusan dari
pengambil keputusan itusangat berperan, dan itu perlu dimanfaatkan
dengan baik.
Kelemahan :
-Keputusan yang dihasilkan relatif kurang
baik
-Sulit
mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenarandan
keabsahannya
-Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkalidiabaikan.
Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapatmemperkirakan
keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat
keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa
yang terjadi kini.
Fakta
Pengambilan
keputusan berdasarkan fakta dapat
memberikan keputusan yang sehat, solid dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan
dapat lebih tinggi, sehingga orangdapat menerima keputusan-keputusan
yang dibuat itu dengan rela danlapang dada.
Wewenang Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan
oleh pimpinan terhadap bawahannya
atau orang yang lebih tinggikedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :-Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan
tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa
-Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukuplama-Memiliki daya autentisitas
yang tinggi
Kelemahan :-dapat
menimbulkan sifat rutinitas-mengasosiasikan
dengan praktik diktatorial-sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkansehingga
dapat menimbulkan kekaburan
Logika
Pengambilan keputusan yang berdasar logika
ialah suatu studi yangrasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif,logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan
hasil ataunilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan
mendekatikebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada
pengambilankeputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan,yaitu :
-kejelasan masalah-orientasi
tujuan
: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai-pengetahuan
alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dankonsekuensinya-preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan
sesuai kriteria-hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil
ekonomis yang maksimal
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1. Posisi/ kedudukan
Dalam kerangka pengambilan keputusan,
posisi/kedudukan seseorang dapat dilihat dalam hal berikut.
- Letak posisi; dalam hal ini apakah is
sebagai pembuat keputusan (decision
maker), penentu keputusan (decision taker) ataukah staf (staffer).
- Tingkatan posisi; dalam hal ini apakah
sebagai strategi, policy, peraturan, organisasional,
operasional, teknis.
2. Masalah
Masalah atau problem adalah apa yang menjadi
peng-halang untuk tercapainya tujuan, yang merupakan penyimpangan daripada apa
yang diharapkan, direncanakan atau dikehendaki dan harus diselesaikan.
3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor-faktor dalam
keadaan, yang berkaitan satu sama lain, dan yang secara bersama-sama
memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat.
Faktor-faktor
itu dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai berikut.
– Faktor-faktor yang konstan (C), yaitu faktor-faktor yang sifatnya
tidak berubah-ubah atau tetap keadaanya.
– Faktor-faktor
yang tidak konstan, atau variabel (V), yaitu faktor-faktor yang
sifatnya selalu berubah-ubah, tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang
secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya ber-buat atau kemampuan kita.
Sebagian besar faktor-faktor tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan perorangan,
tujuan unit (kesatuan), tujuan organisasi, maupun tujuan usaha, pada umumnya
telah tertentu/ telah ditentukan. Tujuan yang ditentukan dalam pengambilan
keputusan merupakan tujuan antara atau objective.
http://sering-headache.blogspot.com/2013/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu :
1.
Internal Organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan,
teknologi dan sebagainya
2.
Eksternal Organisasi seperti keadaan sosial
politik, ekonomi, hukumdan sebagainya
3.
Ketersediaan informasi yang diperlukan
4.
Kepribadian dan kecapakan pengambil keputusan.
Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
1. hal-hal yang berwujud
maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan
dalam pengambilan keputusan;
2. setiap keputusan
nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. setiap keputusan
janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang
lain;
5. pengambilan keputusan
merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah
menjadi tindakan fisik;
6. pengambilan keputusan
yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;
7. diperlukan
pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8. setiap keputusan
hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu
betul; dan
9. setiap keputusan itu
merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat enam faktor lain yang juga ikut
mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1. Kognisi, artinya
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan
menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.
2. Motif, suatu keadaan
tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan
prilaku menuju suatu sasaran.
3. Sikap, Bagaimana
keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan
waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
sumber:
http://hendriansdiamond.blogspot.com/2012/01/choice-menurut-terry-1989-faktor-faktor.html
Jenis-jenis
pengambilan keputusan
1. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan
yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif
dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan
oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif
lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
2. Pengambilan
Keputusan Rasional
Keputusan
yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan
yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam
masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal
masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui
saat itu.
3. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang
berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta
yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan
informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan
data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan,
data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar
pengambilan keputusan.
4. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering
kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah
kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya
ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi
pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah
terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama
atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat
menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
5. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak
sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan
yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain :
banyak diterimanya
oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang
yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan
yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
Bentuk-bentuk atau jenis-jenis Keputusan
1.
Keputusan Terprogram
Merupakan keputusan yang berulang dan telah ditentukan
sebelumnya, dalam keputusan terprogram prosedur dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang dialami organisasi. Keputusan terprogram
memiliki struktur yang baik karena pada umumnya kriteria bagaimana suatu
kinerja diukur sudah jelas, informasi mengenai kinerja saat ini tersedia dengan
baik, terdapat banyak alternatif keputusan, dan tingkat kepastian relatif yang
tinggi. Tingkat kepastian relatif adalah perbandingan tingkat keberberhasilan
antara 2 alternatif atau lebih. Contoh keputusan terprogram adalah, aturan umum
penetapan harga pada industri rumah makan dimana makanan akan diberi harga
hingga 3 kali lipat dari direct cost.
2.
Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan ini belum ditetapkan sebelumnya dan pada keputusan
tidak terprogram tidak ada prosedur baku yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan. Keputusan ini dilakukan ketika organisasi menemui
masalah yang belum pernah mereka alami sebelumnya, sehingga organisasi tidak
dapat memutuskan bagaimana merespon permasalahan tersebut, sehingga terdapat
ketidakpastian apakah solusi yang diputuskan dapat menyelesaikan permasalahan
atau tidak, akibatnya keputusan tidak terprogram menghasilkan lebih sedikit
alternatif keputusan dibandingkan dengan keputusan terprogram selain itu
tingginya kompleksitas dan ketidakpastian keputusan tidak terprogram pada
umumnya melibatkan perencanaan strategik.
Contoh:
Dalam suatu perusahaan jika kita mendapatkan suatu masalah
maka, kita dalam mengambil sebuah keputusan untuk menyelesaikannya kita tidak
boleh terburu-buru karena dapat menyebabkan kita mengambil atau memilih
keputusan yang salah dan bahkan dapat membuat masalah semakin sulit. Oleh
karena itu kita harus mempertimbangkan dengan baik dengan cara mencari
informasi, memahaminya dengan baik, dan mendiskusikan keputusan kita dengan
orang-orang yang ikut dalam perusahaan itu, agar keputusan yang kita ambil
dapat diterima dengan baik dan dapat memecahkan masalah yang ada.
Keputusan :
pilihan di antara dua atau lebih alternatif
Masalah :
kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang di kehendaki
Proses pengambilan keputusan adalah rangkaian 8 langkah
yang mencakup masalah, memilih alternatif, dan mengevaluasi keefektifan
keputusan.
8
langkah dalam pengambilan keputusan :
1.
Mengenali suatu masalah
2.
Mengidentifikasi kriteria keputusan
3.
Mengalokasikan berat criteria
4.
Menyusun alternatif
5.
Menganalisis alternatif
6.
Memilih sebuah alternatif
7.
Mengimplementasikan alternatif terpilih
8.
Mengevaluasi keefektifan keputusan
Pendekatan
Pengambilan Keputusan
Membuat Keputusan :
1.
Rasionalitas
Pembuatan keputusan rasional gambarkan
pilihan-pilihan yang konsisten dan nilainya yang paling maksimal dalam
batasan-batasan tertentu.
Asumsi rasionalitas :
1.
Masalahnya jelas dan tidak bermakna ganda
2.
Sasaran tunggal yang di definisikan secara
baik harus di capai
3.
Seluruh alternatif dan akibat di ketahui
4.
Preferensi atau kelebih-sukaan jelas
5.
Preferensi konstan dan stabil
6.
Tidak ada kendala waktu dan biaya
7.
Pilihan terakhir akan memaksimalkan hasil
2.
Rasional Terbatas
Perilaku yang rasional berdasarkan
parameter proses pengambilan keputusan yang di sederhanakan yang di batasi oleh
kemampuan seseorang untuk memproses informasi
3.
Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi, proses pengambilan keputusan bawah sadar berdasarkan pengalaman dan
pertimbangan yang sudah terkumpul
Intuisi :
a)
Keputusan berdasar pengalaman
b)
Keputusan berdasar nilai atau etika
c)
Keputusan berdasar perasaan
d)
Keputusan berdasar kognitif
e)
Pemrosesan mental bawah sadar
Jenis
Masalah dan Keputusan yang Terprogram
1.
Masalah yang Terstruktur dan Keputusan yang
Terprogram
Masalah yang terstruktur dengan baik
adalah masalah yang lugas, sudah di kenal, dan mudah di definisikan. Keputusan
yang terprogram adalah keputusan berulang yang dapat di tangani dengan
pendekatan rutin.
Contohnya :
·
Pelanggan yang ingin mengembalikan barang
yang sudah di beli ke took pengecer tertentu
·
Perguruan tinggi yang menangani mahasiswa
yang ingin membatalkan kuliah
2.
Masalah yang Tidak Terstruktur dan
Keputusan yang Tak Terprogram
Masalah yang tidak terstruktur adalah
masalah baru atau tidak biasa dan untuk informasi yang tidak lengkap dan
ambigu. Keputusan yang tidak terprogram adalah keputusan unik yang membutuhkan
solusi yang di rancang secara khusus supaya sesuai dengan masalahnya.
Contohnya :
·
Pemilihan arsitek untuk merancang sebuah
pabrik di Beijing merupakan salah satu contoh masalah yang buruk strukturnya.
3.
Integrasi
Kondisi
Pengambilan Keputusan
1.
Kepastian
Situasi yang memungkinkan manajer
mampu mengambil keputusan yang tepat karena hasil dari setiap alternatif telah
di ketahui.
2.
Risiko
Kondisi-kondisi yang membuat pengambil
keputusan mampu memperkirakan kemungkinan hasil-hasil tertentu dari keputusan
itu.
3.
Ketidakpastian
Situasi di mana pengambil keputusan
tidak memiliki probabilitas yang pasti atau masuk akal.
Gaya
Pengambilan Keputusan
1.
Gaya Mengarahkan
Gaya pengambilan keputusan yang di
cirikan oleh toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan cara berfikir yang rasional
2.
Gaya Analitis
Gaya pengambilan keputusan yang di
cirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang tinggi dan berfikir rasional.
3.
Gaya Konseptual
Gaya pengambilan keputusan yang di
cirikan oleh toleransi terhadap ambiguitas yang tinggi dan cara berfikir
intuitif
4.
Gaya Perilaku
Sumber : Buku Manajemen Edisi kedelapan, Bab 6 Pengambilan
Keputusan Hakikat Pekerjaan Manajer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar