3. Dasar-Dasar Perencanaan
A. Perencanaan,
Manajemen dan Administrasi
Dalam manajemen, perencanaan adalah
proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan
itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan—tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana
informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak
tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan
rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi
dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota
korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana
itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan
kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Tujuan
Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan
banyak tujuan perencanaan. Tujuan pertama adalah untuk memberikan pengarahan
baik untuk manajer maupun karyawan nonmanajerial. Dengan rencana, karyawan
dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan siapa mereka harus bekerja
sama, dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa
rencana, departemen dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara
serampangan, sehingga kerja organisasi kurang efesien.
Tujuan kedua adalah untuk
mengurangi ketidakpastian. Ketika seorang manajer membuat rencana, ia dipaksa
untuk melihat jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari perubahan
tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.
Tujuan ketiga adalah untuk
meminimalisir pemborosan. Dengan kerja yang terarah dan terencana, karyawan
dapat bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan
rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-hal yang
dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
Tujuan yang terakhir adalah
untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya,
yaitu proses pengontrolan dan pengevalusasian. Proses pengevaluasian atauevaluating adalah
proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa adanya rencana,
manajer tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.
Selain keempat hal tersebut,
sebagian besar studi[1] menunjukan adanya hubungan antara perencanaan
dengan kinerja perusahaan.
Elemen perencanaan
Perencanaan terdiri dari dua
elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan).
Sasaran
Sasaran adalah hal yang ingin
dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.[2] Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu
manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu
pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran
riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat
luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan,
pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen.
Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang
ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan.
Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh
perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan
organisasi beserta anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang
dapat digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama
disebut pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan
sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi
sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian
menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat
paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang
yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan.
Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan.
Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti
"tingkatkan kinerja," "naikkan profit," atau
"kembangkan perusahaan," sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan
sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu (lihat gambar).
Pendekatan kedua disebut dengan management
by objective atau MBO. Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi
tidak ditentukan oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer
dan karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin mereka capai.
Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga produktivitas mereka akan
meningkat. Namun ada beberapa kelemahan dalam pendekatan MBO. Pertama,
negosiasi dan pembuatan keputusan dalam pendekatan MBO membutuhkan banyak
waktu, sehingga kurang cocok bila diterapkan pada lingkungan bisnis yang sangat
dinamis. Kedua, adanya kecenderungan karyawan untuk bekerja memenuhi sasarannya
tanpa memedulikan rekan sekerjanya, sehingga kerjasama tim berkurang. Ada juga
yang bilang MBO hanyalan sekedar formalitas belaka, pada akhirnya yang
menentukan sasaran hanyalah manajemen puncak sendiri.
Rencana
Rencana atau plan adalah
dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya
mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya.
Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi
penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana
strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang
berlaku diseluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah
rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Berdasarkan jangka waktunya,
rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek.
Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai rencana dengan jangka
waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang memiliki jangka
waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada di antara keduanya dikatakan
memiliki intermediate time frame.
Menurut kekhususannya, rencana
dibagi menjadi rencana direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional
adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum,
tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh karyawannya untuk
"meningkatkan profit 15%." Manajer tidak memberi tahu apa yang harus
dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun
tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang
secara detail menentukan cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Selain menyuruh karyawan untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga
memberikan perintah mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi
biaya, dan lain-lain.
Terakhir, rencana dibagi
berdasarkan frekuensi penggunannya, yaitu single use atau standing.
Single-use plans adalah rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali
saja. Contohnya adalah "membangun 6 buah pabrik di China atau "mencapai penjualan 1.000.000 unit pada
tahun 2006." Sedangkan standing plans adalah rencana yang
berjalan selama perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah
prosedur, peraturan, kebijakan, dan lain-lain.
Referensi
1. ^ Misalnya studi yang dilakukan oleh F. Delmar dan S.
Shane, "Does Business Planning Facilitate the Development of New
Ventures" Strategic Management Journal, December 2003, pp.
1165—1185.
Definisi perencanaan dikemukakan
oleh Erly Suandy (2001:2) sebagai berikut :
“Secara
umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi (perusahaan) dan
kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-strategi
(program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi (tindakan)
yang diperlukan untuk menc“apai tujuan perusahaan secara menyeluruh.”
Definisi
perencanaan tersebut menjelaskan bahwa perencanaan merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Definisi perencanaan tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan menggunakan beberapa aspek yakni :
- Penentuan tujuan
yang akan dicapai.
- Memilih dan menentukan
cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang
dipilih.
- Usaha-usaha atau
langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternative
yang dipilih.
Selain
aspek tersebut, perencanaan juga mempunyai manfaat bagi perusahaan sebagai
berikut:
- Dengan adanya
perencanaan, maka pelaksanaan kegiatan dapat diusahakan dengan
efektif dan efisien.
- Dapat mengatakan
bahwa tujuan yang telah ditetapkan tersebut, dapat dicapai dan dapat
dilakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang timbul seawal
mungkin.
- Dapat
mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dengan mengatasi hambatan
dan ancaman.
- Dapat
menghindari adanya kegiatan petumbuhan dan perubahan yang tidak terarah
dan terkontrol.
Fungsi Perencanaan
Fungsi
perencanaan pada dasarnya adalah suatu proses pengambilan keputusan sehubungan
dengan hasil yang diinginkan, dengan penggunaansumber daya dan pembentukan
suatu sistem komunikasi yang memungkinkan pelaporan dan pengendalian hasil
akhir serta perbandingan hasil-hasil tersebut dengan rencana yang di buat.
Banyak
kegunaan dari pembuatan perencanaan yakni terciptanya efesiensi dan efektivitas
pelaksanaan kegiatan perusahaan, dapat melakukan koreksi atas penyimpangan
sedini mungkin, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul menghindari
kegiatan, pertumbuhan dan perubahan yang tidak terarah dan terkontrol.
Daftar
Pustaka:
Suandy,
Erly, 2003, Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
Manajemen
Pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif melalui planning, organizing, leading (actuating), dan controlling sumber daya organisasi.
Pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif melalui planning, organizing, leading (actuating), dan controlling sumber daya organisasi.
Fungsi Manajemen :
1. Perencanaan
• Menentukan tujuan-tujuan, menentukan tugas, menentukan sumber daya
2. Pengorganisasian
• Menentukan dan mengelompokkan tugas-tugas, alokasi sumber daya, penentuan otoritas
3. Kepemimpinan
• Pengaruh → Motivasi
4. Pengendalian
• Mengawasi aktivitas, koreksi, mengawasi target dan tujuan
1. Perencanaan
• Menentukan tujuan-tujuan, menentukan tugas, menentukan sumber daya
2. Pengorganisasian
• Menentukan dan mengelompokkan tugas-tugas, alokasi sumber daya, penentuan otoritas
3. Kepemimpinan
• Pengaruh → Motivasi
4. Pengendalian
• Mengawasi aktivitas, koreksi, mengawasi target dan tujuan
Proses Manajemen
• Input (sumber daya)
- Man, materials, money, machine, method, information
• Proses
- Perencanaan : menilik tujuan dan cara pencapaian
- Pengorganisasian : pemenuhan tanggung jawab untuk pencapain tujuan
- Kepemimpinan : menggunakan pengaruh untuk memotivasi bawahan
- Pengendalian : mengawasi kegiatan dan melaksanakan koreksi
• Output (kinerja)
- Mencapai tujuan, produk, jasa, efisiensi, efektivitas
• Input (sumber daya)
- Man, materials, money, machine, method, information
• Proses
- Perencanaan : menilik tujuan dan cara pencapaian
- Pengorganisasian : pemenuhan tanggung jawab untuk pencapain tujuan
- Kepemimpinan : menggunakan pengaruh untuk memotivasi bawahan
- Pengendalian : mengawasi kegiatan dan melaksanakan koreksi
• Output (kinerja)
- Mencapai tujuan, produk, jasa, efisiensi, efektivitas
Kinerja
Kemampuan organisasi untuk mempertahankan tujuannya dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.
Organisasi
Kesatuan sosial yang dirahkan dengan tujuan dan dibentuk dengan penuh pertimbangan. Entitas sosial merupakan dua orang atau lebih, diarahkan dengan tujuan (dirancacng untuk mencapai output tertentu).
Kemampuan organisasi untuk mempertahankan tujuannya dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.
Organisasi
Kesatuan sosial yang dirahkan dengan tujuan dan dibentuk dengan penuh pertimbangan. Entitas sosial merupakan dua orang atau lebih, diarahkan dengan tujuan (dirancacng untuk mencapai output tertentu).
Efektivitas → melakukan
pekerjaan dengan benar
Sejauhmana organisasi mencapai tujuan yang telah ditentukan
Sejauhmana organisasi mencapai tujuan yang telah ditentukan
Efisiensi → melakukan
pekerjaan dengan benar atau sesuai standar
Jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan
Jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan
Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris), berasal dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya:
1. Harold Koontz & O’ Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management” mengemukakan, “Manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain” (Dayat, n.d,p.6).
2. George R. Terry dalam buku dengan judul “Principles of Management” memberikan definisi: “Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atasperencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Dayat, n.d,p.6).
3. Ensiclopedia of The Social Sciences
Manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diarvasi.
4. Mary Parker Follet
Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
5. Thomas H. Nelson
Manajemen perusahaan adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan.
6. G.R. Terri,
Manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
7. James A. F. Stoner
Manajemen diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
8. Oei Liang Lie
Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya manusia dan alam, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-prinsip manajemen terdiri atas :
1. Pembagian kerja yang berimbang
Dalam membagi-bagikan tugas dan jenisnya kepada semua kerabat kerja, seorang manajer hendaknya bersifat adil, yaitu harus bersikap sama baik dan memberikan beban kerja yang berimbang.
2. Pemberian kewenangan dan rasa tanggung jawab yang tegas dan jelas Setiap kerabat kerja atau karyawan hendaknya diberi wewenang sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan mempertanggung jawabkannya kepada atasan secara langsung.
3. Disiplin
Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu kerja) yang telah ditetapkan.
4. Kesatuan perintah
Setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya hanya menerima satu jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepala seksi/kepala bagian), bukan dari beberapa orang yang sama-sama merasa menjadi atasan para karyawan/kerabat kerja tersebut.
5. Kesatuan arah
Kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang atasan langsung serta didasarkan pada rencana kerja yang sama (satu tujuan, satu rencana, dan satu pimpinan).
Jika prinsip ini tidak dilaksanakan maka akan timbul perpecahan diantara para kerabat kerja/karyawan. Karena ada yang diberi tugas yang banyak dan ada pula yang sedikit, padahal mereka memiliki kemampuan yang sama (Dayat,n.d,pp.7-9).
manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:
1. Ada tujuan yang hendak dicapai
2. Ada pemimpin (atasan)
3. Ada yang dipimpin (bawahan)
4. Ada kerja sama.
Fungsi dan Tujuan Manajemen
Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemennya. Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur, dimana manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses tertentu dalam fungsi yang terkait. Maksudnya adalah serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan.
Pembagian fungsi manajemen menurut beberapa ahli manajemen, di antaranya yaitu :
1. Menurut Dalton E.M.C. Farland (1990) dalam “Management Principles and Management”, fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
2. Menurut George R. Ferry (1990) dalam “Principles of Management”, proses manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pelaksanaan (Activating).
3. Menurut H. Koontz dan O’Donnel (1991) dalam “The Principles of Management”, proses dan fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pengarahan (Directing).
Fungsi - Fungsi manajemen :
l) Fungsi perencanaan
Pada hakekatrya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan yang merupakan dasar bagi kegiatan-kegiatan/tindakan-tindakan ekonomis dan efektif pada waktu yang akan datang. Pross ini memerlukan pemikiran tentmg apa yang perlu dikerjakan, bagaimana dan di mana suatu kegiatan perlu dilakukan serta siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya.
2) Fungsi pengorganisasian
Fungsi Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.
3)Fungsi pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang menstimulir tindakan-tindakan agar betul-betul dilaksanakan. Oleh karena tindakan-tindakan itu dilakukan oleh orang, maka pengarahan meliputi pemberian perintah-perintah dan motivasi pada personalia yang melaksanakan perintah-perintah tersebut.
4)Fungsi pengkoordinasi
Suatu usaha yang terkoordinir ialah di mana kegiatan karyawan itu harmonis. terarah dan diintergrasikan menuju tujuan-tujuan bersama. Koordinasi dengan demikian sangat diperlukan dalam organisasi agar diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
5)Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam rencana. Sehingga pengawasan membawa kita pada fungsi perencanaan. Makin jelas. lengkap serta terkoordinir rencana-rencana makin lengkap pula pengawasan
Istilah manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris), berasal dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang manajemen, diantaranya:
1. Harold Koontz & O’ Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management” mengemukakan, “Manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain” (Dayat, n.d,p.6).
2. George R. Terry dalam buku dengan judul “Principles of Management” memberikan definisi: “Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atasperencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Dayat, n.d,p.6).
3. Ensiclopedia of The Social Sciences
Manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diarvasi.
4. Mary Parker Follet
Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
5. Thomas H. Nelson
Manajemen perusahaan adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan.
6. G.R. Terri,
Manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
7. James A. F. Stoner
Manajemen diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
8. Oei Liang Lie
Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya manusia dan alam, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-prinsip manajemen terdiri atas :
1. Pembagian kerja yang berimbang
Dalam membagi-bagikan tugas dan jenisnya kepada semua kerabat kerja, seorang manajer hendaknya bersifat adil, yaitu harus bersikap sama baik dan memberikan beban kerja yang berimbang.
2. Pemberian kewenangan dan rasa tanggung jawab yang tegas dan jelas Setiap kerabat kerja atau karyawan hendaknya diberi wewenang sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan mempertanggung jawabkannya kepada atasan secara langsung.
3. Disiplin
Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu kerja) yang telah ditetapkan.
4. Kesatuan perintah
Setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya hanya menerima satu jenis perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepala seksi/kepala bagian), bukan dari beberapa orang yang sama-sama merasa menjadi atasan para karyawan/kerabat kerja tersebut.
5. Kesatuan arah
Kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang atasan langsung serta didasarkan pada rencana kerja yang sama (satu tujuan, satu rencana, dan satu pimpinan).
Jika prinsip ini tidak dilaksanakan maka akan timbul perpecahan diantara para kerabat kerja/karyawan. Karena ada yang diberi tugas yang banyak dan ada pula yang sedikit, padahal mereka memiliki kemampuan yang sama (Dayat,n.d,pp.7-9).
manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kerja orang lain. Dengan demikian berarti dalam manajemen terdapat minimal 4 (empat) ciri, yaitu:
1. Ada tujuan yang hendak dicapai
2. Ada pemimpin (atasan)
3. Ada yang dipimpin (bawahan)
4. Ada kerja sama.
Fungsi dan Tujuan Manajemen
Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemennya. Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur, dimana manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses tertentu dalam fungsi yang terkait. Maksudnya adalah serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan.
Pembagian fungsi manajemen menurut beberapa ahli manajemen, di antaranya yaitu :
1. Menurut Dalton E.M.C. Farland (1990) dalam “Management Principles and Management”, fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
2. Menurut George R. Ferry (1990) dalam “Principles of Management”, proses manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pelaksanaan (Activating).
3. Menurut H. Koontz dan O’Donnel (1991) dalam “The Principles of Management”, proses dan fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pengarahan (Directing).
Fungsi - Fungsi manajemen :
l) Fungsi perencanaan
Pada hakekatrya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan yang merupakan dasar bagi kegiatan-kegiatan/tindakan-tindakan ekonomis dan efektif pada waktu yang akan datang. Pross ini memerlukan pemikiran tentmg apa yang perlu dikerjakan, bagaimana dan di mana suatu kegiatan perlu dilakukan serta siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya.
2) Fungsi pengorganisasian
Fungsi Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.
3)Fungsi pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang menstimulir tindakan-tindakan agar betul-betul dilaksanakan. Oleh karena tindakan-tindakan itu dilakukan oleh orang, maka pengarahan meliputi pemberian perintah-perintah dan motivasi pada personalia yang melaksanakan perintah-perintah tersebut.
4)Fungsi pengkoordinasi
Suatu usaha yang terkoordinir ialah di mana kegiatan karyawan itu harmonis. terarah dan diintergrasikan menuju tujuan-tujuan bersama. Koordinasi dengan demikian sangat diperlukan dalam organisasi agar diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
5)Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam rencana. Sehingga pengawasan membawa kita pada fungsi perencanaan. Makin jelas. lengkap serta terkoordinir rencana-rencana makin lengkap pula pengawasan
Administrasi
Administrasi adalah
usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan untuk
mencapai tujuan.
Administrasi
dalam arti sempit adalah kegiatan yang meliputi : catat-mencatat,
surat-menyurat, pembukuan ringan ketik-mengetikm agenda dan sebagainya yang
bersifat teknis ketatausahaan.
Administrasi
dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau lebih
dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara
berdaya guna dan berhasil guna.
Ciri-ciri administrasi
1.
Adanya kelompok manusia yang
terdiri atas 2 orang atau lebih.
2.
Adanya kerjasama
3.
Adanya proses/usaha
4.
Adanya bimbingan,
kepemimpinan, dan pengawasan
5.
Adanya tujuan
Sejarah perkembangan
administrasi
Fase prasejarah
Dari segi
waktu dan tempat fase prasejarah yang berakhir pada tahun 1 M dapat dibagi
menjadi :
Fase sejarah
Gereja
katholik Roma mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangan teori administrasi dan manajemen. Ada tiga
kelompok sarjana berbeda namun memiliki pandangan yang secara garis besarnya
sama, yaitu :
Fase modern
Fase modern
ditandai dengan oleh lahirnya Gerakan Manajemen Ilmiah yang dipelopori
oleh Frederick W. Taylor pada
tahun 1886 di Amerika Serikat.
Tahap perkembangan ilmu
administrasi
Jenis
Referensi
SEJARAH PERKEMBANGAN ADMINISTRASI
Administrasi telah ada sejak dahulukala karena administrasi timbul dengan
timbulnya peradaban manusia. Apabila sejarah perkembangan administrasi itu
dipelajari lebih mendalam akan terlihat bahwa dalam setiap kebudayaan, apapun
tujuannya, bagaimanapun bentuk dan strukturnya, unsur-unsur administrasi
tersebut pasti selalu ada. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa administrasi
selalu ada pada setiap kegiatan.
Ada
dua hal yang akan dijelaskan yaitu,pertama administrasi sebagai
seni yaitu perkembangannya selalu dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat
dinamis. Demikian juga sebaliknya. Secara historical perkembangan administrasi
sebagai seni itu didasarkan kepada pengetahuan masyarakat modern sekarang
tentang kejadian-kejadian dimasa lalu pada kebudayaan tertentu pula .
yang kedua, administrasi sebagai ilmu pengetahuan , tepatnya
sebagai ilmu pengetahuan social.
A. Perkembangan
administrasi sebagai seni
Perkembangan
administrasi sebagai seni dapat dibagi menjadi tiga fase utama, yaitu sebagai
berikut.
1.
Tahap prasejarah yang berakhir pada tahun 1 m.
2.
Tahap sejarah yang berakhir pada tahun 1886.
3.
Tahap modern yang dimulai pada tahun 1886dan masih berlangsung hingga sekarang
ini.
1. Tahap
prasejarah
Bukti-bukti
sejarah menunjukan dengan jelas bahwa pada tahap prasejarah ini administrasi
sudah berkembangdengan baik. Meskipun mungkin secara tidak sadar, masyarakat
purba telah menjalankan roda administrasi sebagaimana apa yang sekarang disebut
sebagai prinsip-prinsip administrasi . karena kebutuhan masyarakat yang
dipuaskan melalui penerapan prinsip-prinsip administarsi dan manajemenpun
relative masih sederhana maka pada umumnya system administrasi yang
dipergunakan belum serumit yang digunakan sekarang ini.
Ditinjau
dari segi waktu dan tempat, tahap prasejarah ini dapat dibagi pula menjadi enam
tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut.
a.
Zaman Sesopotamia
Pada
zaman semopotamia telah dijalankan prinsip-prinsip dasar administarsi yang
diketahui pada zaman modern sekarng, terutama pada bidang pemerintahan,
perdagangan, komunikasi dan pengangkutan (terutama pengangkutan sungai).
Sejarah membuktikan bahwa masyarakat Mesopotamia telah menggunakan logam
sebagai alat tukar, hal ini memudahkan dalam perdagangan.
b.
Zaman Babilonia
Zaman
babilonia, administrasi pemerintahan, perdagangan, perhubungan dan pengangkutan
telah berkembang pula dengan baik. Perkembangan administrasi juga telah
berkembang pada bidang teknologi, dengan bukti adanya taman gantung.
c.
Mesir Kuno
Zaman
mesir kuno, yang berkembang pada zaman ini adalah dibidang pemerintahan,
militer, perpajakan, perhubungan dan pertanian (termasuk irigasi). Hanya saja,
pada zaman mesir kuno ini, administrasi dijalankan bukan atas dasar kepentingan
rakyat, tetapi hanya untuk kepentingan firaun dan keluarganya. Karena pada saat
itu, firaun dianggap sebagai dewa atau setidaknya sebagai keturunan dewa,
sehingga mengabdikan kepada firaun diindikasikan dengan pengabdian kepada
tuhan.
d.
Tiongkok Kuno
Zaman
tiongkok kuno, administrasi pada zaman ini berkembang sebagaimana zaman-zaman
yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi ada yang khas pada tiongkok kuno ini,
yaitu system administrasi kepegawaian yang sangat baik. Demikian baiknya system
administarsi tersebut, maka system administarsi pun meminjam dari system ini
dikenal dengan nama merit system. Pada zaman ini menonjol 3 toko
yang memberikaan sumbangan yang sangat besar terhadap administrasi pada zaman
itu, yaitu konfisius, chow, dan mo ti.
e.
Romawi Kuno
Zaman
romawi kuno, yang berkembang hampir sama dengan zaman-zaman sebelumnya, tetapi
yang sangat menonjol adalah administrasi militer, pajak dan perhubungan
melebihi yang sebelumnya, hal ini diperlukan mengingat romawi mempunyai wilayah
yang sangat luas.
f.
Yunani Kuno
Zaman
yunani kuno, bidang yang berkembang dalam lingkup administrasi hampir sama
dengan yang sebelumnya, tetapi disini muncul konsep demokrasi (berasal dari
kata demos dan kratos yang berarti rakyat dan kekuasaan) sehingga kekuasaan
berada ditangan rakyat. Definisi rakyat pada zaman ini berbeda dengan zaman
sekarang yaitu:
o
Pria
o
Dewasa
o
Lahir di Athena
o
Orang tua warga Athena
Pembatasan
pengertian rakyat ini memang logis pada zaman ini, karena 75% dari penduduk
Athena terdiri dari pendatang yang bekerja sebagai pedagang atau budak belian.
Pada zaman ini menciftakan parlemen pertama didunia yang disebut dengan
orang-orang tua yang bijaksana. Untuk urusan di bidang militer diserahkan
kepada dewan militer. Ada lagi ciri khas pada zaman yunani kuno yaitu setiap
orang yang tergolong sebagai rakyat paling sedikit satu kali dalam hidupnya
harus menjadi pegawai negeri tanpa bayaran.
2. Tahap
sejarah (1 masehi sampai tahun 1886)
Berhubungan
dengan gelapnya sejarah dunia, umumnya selama 15 abad pertama dari sejarah
dunia modern, bidang administrasi pun mengalami kegelapan. Berarti tidak banyak
yang diketahui dalam 15 abad itu. Kemudian diketahui bahwa timbulnya gereja
katolik roma telah mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perkembangan teori
administrasi. Dengan kata lain gereja katolik roma memberikan sumbangan yang
besar terhadap perkembangan administrasi, malahan sesungguhnya pola dasar
struktur organisasi yang telah diciftakan oleh gereja katolik roma, telah
ditiru oleh hampir semua organisasi modern hingga sekarang ini, meskipun sudah
barang tentu timbul perkembangan lanjutan.
Pada
zaman ini administrasi berkembang lebih pesat lagi karena para cendikiawan
terjun dalam bidang administrasi. Pada zaman ini timbul tiga kelompok yang
biasa disebut kaum, yaitu:
a.
Kaum kameralist di german dan Australia
b.
Kaum merkantilisme di inggris
c.
Kaum fisiokrat di prancis
Merkatilisme
adalah suatu system politik ekonomi yang sangat mementingkan perdagangan
internasional dengan tujuan umtuk memperbanyak asset dan modal yang dimiliki
suatu Negara. Merkantilisme tertuang dalam peraturan Negara yang berbentuk
proteksionalisme dan politik colonial demi neraca perdagangan yang
menguntungkan. Pemerintah Negara mendukung ekspor dengan insentif dan
menghadang import dengan tarif. Dijerman, merkantilismenya disebut dengan
istilah kameralisme. Camera artinya kas raja. Caranya dengan
memungut pajak dan membentuk perusahaan dagang di afrika untuk mengembangkan
perekonomian. Di perancis, merkantilisme dimulai masa Louis XI (1461-1483).
Bertujuan untuk memakmurkan rakyat terkenal dengan sebutan colbertisme
(pencetusannya jean Colbert, menkeu perancis).
Berbeda
dengan kaum merkantilisme, kaum fisiokrat menganggap bahwa sumber kekayaan yang
senyata-nyatanya adalah sumber daya alam. Kaum ini dinamakan physiocratism=
physic (alam) dan cratain atau cratos (kekuasaan). Kaum fisiokrat percaya bahwa
alam diciftakan oleh tuhan penuh keselarasan dan keharmonisan. Yang artinya
bahwa biarkan manusia diberikan kebebasannya mengelola alam demi memenuhi
kebutuhannya masing-masing dan akan selaras dengan kebutuhan masyarakat banyak.
Artinya bahwa pemerintah tidak boleh ikut campur dan biarkan alam mengatur.
Inilah yang menjadi awal mula doktrin laissez faire-laissez passer/ let
do, let pass yang artinya biarkan semua terjadi, biarkan semua
berlalu. Tokoh yang menonjol pada zaman ini adalah George von zincke yang telah
menghasilkan 537 karya ilmiah dan yang terbanyak adalah tentang administrasi
pertanian.
Perkembangan
semakin pesat karena pada zaman ini telah timbul adanya revolusi industry di
inggris, yang mengakibatkan perubahan yang besar dalam administrasi. Adalagi
seorang tokoh yang mempunyai peranan besar pada zaman ini, yaitu Charles
barbage, seorang professor matematika pada universitas Cambridge, yang pada
permulaan abad 18 menulis buku yang berjudul the economy of manufacture.
Pada buku ini menekankan pada pentingnya efesiansi dalam usaha mencapai tujuan.
Selama hampir satu abad hasil karya ini terlupakan dan baru terselidiki kembali
setelah lahirnya gerakan manajemen ilmiah (scientific manajement movement),
yang dipelopori oleh Fredrick winslow taylor tahun 1886.
3. Zaman
modern
Pada
zaman ini, administrasi mulai dikenal sebagai ilmu, karena pada zaman itu yang
dipelopori oleh f.w. taylor (seorang sarjana pertambangan) dari amerika serikat,
mulai mengadakan penyelidikan-penyelidikan dalam rangka mempertinggi efesiensi
perusahaan dan peningkatan produktivitas pekerja. Pada saat itu dia melihat
bahwa efesiensi perusahaan tidak terlalu tinggi dan produktivitas pekerjanya
rendah karena terlalu banyaknya waktu dan gerak-gerik kaum buruh yang tidak
produktif, kemudian dia melakukan studi yang dikenal dengan time and
motion study untuk mempelajari penggunaan waktu yang oleh kaum buruh
serta gerak-gerik mereka dalam melaksanakan pekerjaan, terutama para buruh
tingkat bawah. Hasil studinya dituliskan dalam satu buku yang berjudul the
principle of scientific management, yang diterbitkan pada tahun 1911.
Pada
saat taylor melakukan penyelidikan-penyelidikan, di prancis timbul pula seorang
ahli pertambangan yang bernama Hendry fayol yang bekerja pada salah satu
perusahan tambang disana, yang pada saat itu perusahaan terancam oleh
kehancuran. Sebagai seorang ahli fikir, fayol mencari sebab-musabab dari
kegagalan perusahaan itu untuk mencapai tujuannya. Hasil pemikiran fayol
ditulis dalm bukunya pada tahun 1916 dengan judul administration
generalle et industrielle, yang diterjemahkan dalam bahasa inggris pada
tahun 1930 dengan judul general and industrial management (seharusnya general
and industrial administration). Dari teori-teori yang ia temukan dan kemudian
ia terapkan sendiri, maka perusahaan berhasil selamat dari keruntuhan bahkan
dapat dikembangkannya.
Karena
besarnya sumbangan yang diberiakn kedua tokoh itu terhadap administrasi, maka
f.w. taylor diberi julukan, sebagi bapak gerakan manajemen ilmiah, sedangkan
Hendry fayol diberi julukan bapak teori administrasi modern.
B. Perkembangan
Administrasi Sebagai Ilmu
ilmu
pengetahuan dapat didefinisikan sebagai suatu objek ilmiah yang memiliki
sekelompok prinsip, dalil dan rumus yang melalui percobaan-percobaan yang
sistematis dilakukan berulangkali telah diuji kebenarannya, prinsip-prinsip,
dalil-dalil, dan rumus-rumus dapat diajarkan dan dipelajari.
Dari
segi perkembangan ilmu administrasi sejak lahir hingga sekarang, ilmu
administrasi telah mencapai empat tahap :
1.
Tahap survival (1886-1930):
Pada
tahap ini dimulai peletakan dasar-dasar administrasi oleh f.w. taylor dan
Hendry fayol.
2.
Tahap konsolidasi dan penyempurnaan (1930-1945)
Pada
tahap ini terjadi penyempurnaan teori-teori, sehingga kebenarannya tidak dapat
dibantah lagi. Dalam jangka waktu ini pulalah gelar-gelar kesarjanaan dalam
ilmu administrasi Negara dan siaga mulai banyak diberikan oleh lembaga-lembaga
pendidikan tinggi.
3.
Tahap human relation (1945-1959)
Setelah
teori-teori disempurnakan, maka fokusnya berubah pada factor manusia serta
hubungan formal dan informal yang perlu diciftakan pada semua tingkatan
organisasi demi terlaksananya kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suasana
yang intim dan harmonis.
4.
Tahap behaviouralisme (1959-sekarang)
Pada
tahap ini focus perhatiannya bukan hanya pada hubungan manusianya, tetapi sudah
maju kepada motif tindak-tanduk manusia dalam berorganisasi, diselidiki pula
cara-cara yang dapat ditempuh untuk lebih meningkatkan kegiatan-kegiatan yang
membuat organisasi menjadi lebih efesien dan efektif, sehingga administrasi
menyatu kepada manusia itu sendiri.
B. KONSEP DASAR PERENCANAAN
I. Pengertian
Perencanaan
Perencanaan
ialah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada
suatu priode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Beberapa
ahli memberikan pengertian perencanaan. Menurut Bintoro Tjokroaminoto,
perencanaan ialah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistimatis yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Siagian
memberikan pengertian perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran
dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa
datang dalam rangka mencapai tujan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan
Handoko berpendapat perencanaan meliputi 1) pemiliahan atau penetapan
tujuan-tujuan organisasi, 2) penentuan strategi, kebijakan, proyek, program,
prosedur, metode, system, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan.
Perencanaan
pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif
(pilihan) mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang
akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan
penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistimatis dan
berkesinambungan.
Proses
ialah hubungan tiga kegiatan yang berurutan, yaitu menilai situasi dan kondisi
saat ini, merumuskan dan menciptakan situasi dan kondisi yang diinginkan (yang
akan datang), dan menentukan apa saja yang diperlukan untuk mencapai keadaan
yang diinginkan.
Dari
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut perencanaan ialah
kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan.
Dari definisi ini perencanaan mengandung unsur-unsur sbb:
1).
Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya.
2).
Adanya proses
3).
Hasil yang ingin dicapai
4).
Menyangkut masa depan dalam waktu tertentu.
II. Tujuan Perencanaan
1. Standar pengawasan,
yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaan.
2. Mengetahui kapan
pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahaui siapa
yang terlibat (struktur organisasinya) baik kualifikasinya maupun kuantitasnya.
4. Mendapatkan kegiatan
yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Memimalkan
kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu.
6. Memberikan gambaran
yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
7. Menyerasikan dan
memadukan beberapa subkegiatan
8. Mendeteksi hambatan
kesulitan yang bakal ditemui.
9. Mengarahkan pada
pencapaian tujuan.
III. Manfaat Perencanaan
Adapun
manfaat dari perencanaan yaitu:
1. Standar pelaksanaan
dan pengawasan
2. Pemilihan sebagai
alternatif terbaik.
3. Penyusunan skala
prioritas , baik sasaran maupun kegiatan
4. Menghemat pemanfaatan
sumber daya organisasi.
5. Membantu manajer
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
6. Alat memudahakan
dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
7. Alat meminimalkan
pekerjaan yang tidak pasti.
IV. Proses Perencanaan
Proses
perencanaan menurut Banghart & Trull melalui tahapan sebagai berikut :
1. Pendahuluan
2. Mengidentifikasi
permasalahan pendidikan
3. Analisis area masalah
perencanaan
4. Penyusunan konsep dan
rencana
5. Mengevaluasi rencana
6. Menentukan rencana
7. Penerapan rencana
8. Rencana unpan balik
V. Prinsip Perencanaan Yang Baik
1. Keadaan sekarang
2. Keberhasilan dan factor-faktor
kritis keberhasilan
3. Kegagalan masa lampau
4. Potensi, tantangan
dan kendala yang ada.
5. Kemampuan merubah
kelemahan menjadi kekuatan dan ancaman menjadi peluang analisis.
6. Mengikutsertakan
pihak-pihak terkait.
7. Memerhatikan komitmen
dan mengkoordinasikan pihak-pihak terkait
8. Mempertimbangakan
efektifitas dan efisiensi, demokratis, transparan, realistis, legalistis dan
praktis.
9. Jika mungkin, menguji
cobakan kelayakan perencanaan.
C.
Konsep Dasar dalam Perencanaan Pendidikan
A. Defenisi Perencanaan
Dalam investorword.com didefinisikan Planning adalah proses menetapkan tujuan,
mengembangkan strategi, dan menguraikan tugas dan jadwal untuk mencapai tujuan.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa sebuah planning atau perencanaan
adalah merupakan proses menuju tercapainya tujuan tertentu. Atau dalam istilah
lain merupakan persiapan yang terarah dan sistematis agar tujuan dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
Kaufman (1972) sebagaimana dikutip Harjanto, Perencanaan adalah suatu proyeksi
tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai.
Bintoro Tjokroaminoto mendefinisikan perencanaan sebagai proses mempersiapkan
kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu. Pramuji Atmosudirdjo mendefinisikan perencanaan adalah perhitungan
dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan bagaiman melakukannya.
Siagiaan mengartikan perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Y. Dior
berpendapat perencanaan perencanaan adalah suatu proses penyiapan seperangkat
keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang, dalam rangka mencapai
sasaran tertentu. Cunningham berpendapat bahwa perenacanaan adalah menyeleksi
dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi dan asumsi-asumsi untuk
masa yang akan datang untuk memformulasikan hasil yang diinginkan pada masa
yang akan datang.
B. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Dalam usaha kita mempelajari perencanaan pendidikan, titik tolak kesepakatan
merupakan hal yang amat penting. Dengan demikian kita tidak akan mempunyai penafsiran
yang berbeda-beda tentang makna perencanaan pendidikan itu.
Dilihat dari terminologinya perencanaan pendidikan terdiri dari dua kata yaitu:
Perencanaan dan Pendidikan. Perencanaan berasal dari kata rencana, yaitu suatu
proyeksi tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang valid
(sahih) dan bernilai.
Menurut Yusuf Enoch Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang
mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang
diarahkan kepadanpencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya
serta menyeluruh suatu Negara. Kaufman (1972) mendefinisikan perencanaan
sebagai suatu proses untuk menetapkan “ke mana harus pergi” dan mengidentifikasikan
prasyarat untuk sampai ke “tempat” itu dengan cara yang paling efektif dan
efisien. Perencanaan merupakan spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai dan
cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Pengertian ini
mengandung 6 pokok pikiran sebagai berikut:
1. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang dinginkan
2. Keadaan masa depan yang diinginkan itu selanjutnya dibandingkan dengan
keadaan sekarang, sehinga dapat dilihat kesejangannya.
3. Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan suatu usaha-usaha.
4. Usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan itu beraneka ragam dan
merupakan alternatif yang mungkin ditempuh.
5. Pilihan alternatif yang paling baik, dalam arti mempunyai nilai efektifitas
dan efisiensi yang paling tinggi, dan perlu dilakukan.
Perencanaan pendidikan adalah suatu proses untuk menetapkan tujuan, menyediakan
fasilitas serta lingkungan tertentu, mengidentifikasi prasyarat untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, serta menetapkan cara yang efektif dan efisien
dalam usaha membentuk manusia agar memiliki kompetensi sosial dan individual
secara maksimal. Secara sederhana dikemukakan oleh coombs (1970) sebagai
aplikasi analsis rasional dan sistematik dalam proses pengembangan pendidikan
yang bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pendidikan dalam usahanya
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikan baik tujuan yang
berhubungan dengan anak didik maupun masyarakat.
C. Pentingnya Perencanaan Pendidikan
Dalam keseluruhan proses pendidikan, perencanaan pendidikan merupakan langkah
utama yang sangat penting. Karena perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk
mengarahkan dana dan tenaga yang terbatas, sehingga dapat menyumbang
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara maksimal. Pentingnya
perencanaan pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut, perencanaan pendidikan:
1. Merupakan usaha untuk menetapkan atau memformulasikan tujuan yang dipilih.
Oleh karena itu perencanaan dapat memberikan arah usaha pendidikan dengan jelas.
2. Memungkinkan kita dapat mengetahui sampai dimana tujuan pendidikan yang
ditetapkan telah dicapai.
3. Memudahkan kita untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan.
4. Memungkinkan kita untuk menghindari pertumbuhan dan perkembangan suatu usaha
yang tak terkontrol, misalnya dalam mengembangkan kurikulum, kita mempunyai
kecenderungan untuk selalu menambah jumlah dan jenis matakuliah dari yang sudah
ada.
D. Perubahan dan Perencanaan
Lingkungan lembaga pendidikan yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang
ada di luar lembaga pendidikan. Secara singkat dapat dimegerti sebagai
masyarakat. Bila ditinjau dengan saksama, dapat ditemukan bahwa masyarkat
selalu berubah kamarin, hari ini dan esok. Karena lingkungan lembaga pendidikan
selalu berubah, maka diharapkan lembaga-lembaga pendidikan meningkatkan kontak
hubungannya dengan masyarakat dalam menangani problem pendidikan pada umumnya
dan perencanaan pendidikan pada khususnya.
Perencanaan pendidikan harus selalu ada relevansinya dengan pembangunan
nasional. Kesenjangan yang terjadi dewasa ini berupa menumpuknya calon tenaga
kerja sebagai produk pendidikan yang “tidak layak pakai” disinyalir sebagai
akibat dari kelemahan sisi perencanaan pendidikan tersebut. Kenyataan tersebut
tidak saja berakibat kurang lajunya pembangunan, tetapi yang lebih ironis lagi,
akan menjadi bumerang bagi pendidikan itu sendiri. Pendidikan dituding sebagai
pihak yang bersalah dalam hal ini.
Salah satu faktor yang menentukan pembangunan bidang pendidikan akan mencapai
sasarannya adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentunya
mensyaratkan tersedianya dukungan data yang benar-benar mencerminkan keadaan
yang sebenarnya (akurat) dan mutakhir.
Perencanaan yang baik dapat dilihat dari dua sisi, yakni :
1. Substansi isi perencanaan dan proses penyusunannya.
Dari sisi substansinya, setidak-tidaknya ada 5 (lima) hal yang perlu mendapat
perhatian;
a. Perencanaan seharusnya sesederhana mungkin namun jelas kaitan antara satu
kegiatan dengan kegiatan lainnya sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan.
b. Perencanaan harus terukur sehingga mudah untuk dilihat sampai sejauh mana
pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan seberapa hasil yang telah dicapai.
Pengukuran hanya bisa dilakukan jika cukup tersedia data yang akurat dan
mutakhir dari waktu ke waktu.
c. Isi perencanaan tidak terlalu muluk-muluk dan seyogyanya sesuai dengan
kebutuhan nyata masyarakat dan sesuai dengan kapasitas daerah untuk
melaksanakannya.
d. Perencanaan harus benar-benar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan
program dan kegiatan. Penggunaan data dan informasi yang akurat mutlak
diperlukan untuk menjadikan perencanaan dapat diandalkan.
e. Perencanaan harus jelas jangka waktunya (tahunan, lima tahunan, sepuluh
tahunan atau lebih dari itu). Hal ini diperlukan untuk mengalokasikan
sumberdaya yang tersedia dengan tepat.
2. Dari sisi proses penyusunannya, perencanaan harus dibuat secara transparan,
akuntabel, partisipatif dan aspiratif. Untuk itu, berbagai pihak yang berkepentingan
dengan pendidikan harus dilibatkan sejak awal proses penyusunan perencanaan.
Selain itu, sebelum disahkan menjadi dokumen resmi, perencanaan perlu
dipublikasikan terlebih dahulu ke masyarakat luas melalui media masa lokal dan
lokakarya-lokakarya untuk memperoleh masukan-masukan. Jika proses penyusunan
seperti dilaksanakan, akan diperoleh kepedulian dan dukungan masyarakat dalam
implementasi program dan kegiatan pendidikan.
E. Teori Perencanaan
Menurut Hudson dalam Tanner (1981) teori perencanaan meliputi, antara lain; sinoptik, inkremental, transaktif, advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh tanner (1981) dengan nama teori Sitar sebagai penggabungan dari taksonomi Hudson.
1. Teori Sinoptik
Disebut juga system planning, rational system approach, rasional comprehensive planning. Menggunakan model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disebut visi. Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi ; (a) pengenalan masalah, (b), mengestimasi ruang lingkup problem (c) mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian, (d) menginvestigasi problem, (e) memprediksi alternative, (f) mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
Menurut Hudson dalam Tanner (1981) teori perencanaan meliputi, antara lain; sinoptik, inkremental, transaktif, advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh tanner (1981) dengan nama teori Sitar sebagai penggabungan dari taksonomi Hudson.
1. Teori Sinoptik
Disebut juga system planning, rational system approach, rasional comprehensive planning. Menggunakan model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disebut visi. Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi ; (a) pengenalan masalah, (b), mengestimasi ruang lingkup problem (c) mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian, (d) menginvestigasi problem, (e) memprediksi alternative, (f) mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
2. Teori incemental
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam merencanakan objek tertentu dalam lembaga pendidikan, selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
3. Teori transactive
Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan mengadakan perencanaan.
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam merencanakan objek tertentu dalam lembaga pendidikan, selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
3. Teori transactive
Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan mengadakan perencanaan.
4. Teori advocacy
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai (advocacy= mempertahankan dengan argumentasi). Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional. Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.
5. Teori radikal
` Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan. Perencanaan ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari individu dan minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja sama antar personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri menangani pendidikannya.
6. Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga complementary planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya.
Persamaannya:
1. Mempunyai tujuan yang sama yaitu pemecahan masalah
2. Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan lingkungan sekitarnya.
3. Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya terdapat perbedaan penitikberatan.
4. Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam pencapaian tujuan
Sedangkan Perbedaannya adalah :
1. Perencanaan sinoptik lebih mempunyai pendekatan komprehensif dalam pemecahan masalah dibandingkan perencanaan yang lain, dengan lebih mengedepankan aspek-aspek metodologi, data dan sangat memuja angka atau dapat dikatakan komprehensif rasional. Hal ini yang sangat minim digunakan dalam 4 pendekatan perencanaan yang lain.
2. Perencanaan incremental lebih mempertimbangkan peran lembaga pemerintah dan sangat bertentangan dengan perencanaan advokasi yang cenderung anti kemapanan dan perencanaan radikal yang juga cenderung revolusioner.
3. Perencanaan transactive mengedepankan faktor – faktor perseorangan / individu melalui proses tatap muka dalam salah satu metode yang digunakan, perencanaan ini kurang komprehensif dan sangat parsial dan kurang sejalan dengan perencanaan Sinoptik dan Incremental yang lebih komprehensif.
4. Perencanaan advocacy cenderung menggunakan pendekatan hukum dan obyek yang mereka ambil dalam perencanaan adalah golongan yang lemah. Perencanaan ini bersifat sosialis dengan lebih mengedepankan konsep kesamaan dan hal keadilan social
5. Perencanaan Radikal seakan – akan tanpa metode dalam memecahkan masalah dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan hal ini sangat kontradiktif dengan pendekatan incremental dan sinoptik yang memepertimbangkan aturan – aturan yang ada baik akademis/metodologis dan lembaga pemerintahan yang ada.
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai (advocacy= mempertahankan dengan argumentasi). Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional. Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.
5. Teori radikal
` Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan. Perencanaan ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari individu dan minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja sama antar personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri menangani pendidikannya.
6. Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga complementary planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya.
Persamaannya:
1. Mempunyai tujuan yang sama yaitu pemecahan masalah
2. Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan lingkungan sekitarnya.
3. Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya terdapat perbedaan penitikberatan.
4. Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam pencapaian tujuan
Sedangkan Perbedaannya adalah :
1. Perencanaan sinoptik lebih mempunyai pendekatan komprehensif dalam pemecahan masalah dibandingkan perencanaan yang lain, dengan lebih mengedepankan aspek-aspek metodologi, data dan sangat memuja angka atau dapat dikatakan komprehensif rasional. Hal ini yang sangat minim digunakan dalam 4 pendekatan perencanaan yang lain.
2. Perencanaan incremental lebih mempertimbangkan peran lembaga pemerintah dan sangat bertentangan dengan perencanaan advokasi yang cenderung anti kemapanan dan perencanaan radikal yang juga cenderung revolusioner.
3. Perencanaan transactive mengedepankan faktor – faktor perseorangan / individu melalui proses tatap muka dalam salah satu metode yang digunakan, perencanaan ini kurang komprehensif dan sangat parsial dan kurang sejalan dengan perencanaan Sinoptik dan Incremental yang lebih komprehensif.
4. Perencanaan advocacy cenderung menggunakan pendekatan hukum dan obyek yang mereka ambil dalam perencanaan adalah golongan yang lemah. Perencanaan ini bersifat sosialis dengan lebih mengedepankan konsep kesamaan dan hal keadilan social
5. Perencanaan Radikal seakan – akan tanpa metode dalam memecahkan masalah dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan hal ini sangat kontradiktif dengan pendekatan incremental dan sinoptik yang memepertimbangkan aturan – aturan yang ada baik akademis/metodologis dan lembaga pemerintahan yang ada.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah
satu dari fungsi management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan
ini selalu melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun
tidak. Sebuah rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu
pekerjaan. Salah satu faktor yang menentukan pembangunan bidang pendidikan akan
mencapai sasarannya adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik
tentunya mensyaratkan tersedianya dukungan data yang benar-benar mencerminkan
keadaan yang sebenarnya (akurat) dan mutakhir.
Dalam perencanaan pendidikan memerlukan beberapa konsep mengenai perubahan lingkungan pendidikan, kebutuhan organisasi pendidikan akan perencanaan akibat perubahan lingkungan, ciri-ciri sistem yang akan dipakai dalam perencanaan, dan beberapa teori perencanaan. Hudson menunjukkan 5 teori perencanaan yaitu radikal, advocacy, transactive, synoptik, dan incremental yang dikatakan sebagai taxonomy.
Dalam perencanaan pendidikan memerlukan beberapa konsep mengenai perubahan lingkungan pendidikan, kebutuhan organisasi pendidikan akan perencanaan akibat perubahan lingkungan, ciri-ciri sistem yang akan dipakai dalam perencanaan, dan beberapa teori perencanaan. Hudson menunjukkan 5 teori perencanaan yaitu radikal, advocacy, transactive, synoptik, dan incremental yang dikatakan sebagai taxonomy.
DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Made (2005), Perencanaan Pendidikan Partisipatori,
Jakarta: Rineke Cipta.
D. Analisis
Posisi Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan pada dasarnya
berpusat pada tigakomponen utama, yaitu:
1. Apakah yang harus dicapai?
2. Bagaimanakah perencanaan itu dimulai?
3. Bagaimanakah cara mencapai yang harus dicapai itu?
Pertanyaan pertama, mempersoalkan tujuan
yang merupakan titik usaha yang harus dicapai. Tujuan adalah arah yang
mempersatukan kegiatan pembangunan, tanpa tujuan kegiatan pembangunan
pendidikan akan tidak terarah dan tidak terkendalikan. Tujuan merupakan
cita-cita dan merupakan hal yang absolut dan tidak dapat ditawar.Pertanyaan
kedua, mempersoalkan titik berangkat pembangunan sebab pembangunan harus
dimulai dari titik berangkat yang pastidalam arti tidak dimulai dari nol sama
sekali tapi dimulai dari tingkat yang telah dicapai selama ini. Titik berangkat
haruslah ditentukanberdasarkan evaluasi atau kajian terhadap apa yang telah
diperbuat bukan apa yang harus diperbuat.Pertanyaan ketiga, merupakan alternatif
cara atau upaya untukmencapai tujuan dari titik berangkat yang telah ditentukan
itu. Upayaini dapat saja berbentuk pendekatan, kebijakan atau bahkan
strategiyang kemungkinannya amat banyak tergantung kepada kemampuanuntuk
memilih mana yang paling tepat dan efektif untuk mencapaitujuan tersebut.
Pola dasar di atas pada kenyataannya tidak
sederhana karena pendidikan itu sendiri amatlah kompleks. Pengembangan pola
dasar ini hanyalah merupakan modal yang dapat dipergunakan oleh planners sebagai salah satu pila pikir yang meletakkan perencanaan secara tepat pada
posisi dan fungsi yang diinginkan.Pembangunan pendidikan memerlukan
resources yang perludiatur secermat mungkin karena resources
itu amat langka.Pengertian ini perlu
dikaitkan dengan misi dan tujuan pembangunan pendidikan, arah pembangunan
pendidikan, orientasi pembangunan pendidikan, keseluruhan prioritas, jenis, dan
jenjang pendidikan sertafasilitas yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pendidikan.Kesemuanya ini perlu dirancang secara komprehensif, akurat,
cermatdan efisien serta berdasarkan perhitungan yang matang. Tanpaperencanaan
yang sistematik dan rasional upaya pembangunan pendidikan ini mustahil dapat
dilaksanakan dengan efektif.Perencanaan atau perancangan dalam hal ini
berfungsi sebagai tool sebagai guide line for
actions, sehingga apa
yang harus dilakukansudah diatur dan ditata terlebih dahulu.Dalam perancangan
usaha yang terpadu, koordinasi,pemanfaatan sumber-sumber daya, urutan
prioritas, dapat disusun secara sistematis dan komprehensif. Arah dan tujuan
pembangunan pendidikan dapat diatur pencapaiannya dalam kurun waktu
tertentu.Distribusi wewenang dan tanggung jawab, pengawasan dan pengendalian
dapat diatur sedini mungkin hingga segala susuatuyang akan dikerjakan dapat
diketahui, dan dihitung terlebih dahulu dengan lebih cermat. Dengan
memperhitungkan hal-hal inilah paraahli ekonomi memandang perencanaan ini
sebagai vehicle
pembangunan bukan hanya untuk suatu sektor
pembangunantertentu saja, tapi juga untuk seluruh sektor pembangunan. Indonesiamemandang
perencanaan itu sebagai suatu hal yang indisible dan perannya amat defisive,
hingga amatlah sulit dibayangkan bagaimana
mungkin kegiatan pembangunan nasional Indonesia dapat dilaksanakan tanpa
perencanaan.
Perencanaan itu dapat diartikan sebagai
proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang
akandatang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keputusan-keputusan itu
disusun secara sistematis, rasional dan dapatdibenarkan secara ilmiah karena
menerapkan berbagai pengetahuan yang diperlukan. Perencanaan itu dapat pula
diberi arti sebagai suatuproses pembuatan serangkaian kebijakan untuk
mengendalikan masadepan sesuai yang telah ditentukan. Kebijakan-kebijakan itu
disusundengan memperhitungkan kepentingan masyarakat dan kemampuan masyarakat.
Perencanaan dapat pula diartikan sebagai upaya untukmemadukan antara cita-cita
nasional dan resources yang tersediayang diperlukan untuk
mewujudkan cita-cita tersebut. Dalam prosesmemadukan itu dipergunakan berbagai
cara yang rasional dan ilmiahhingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Perencanaantidak berakhir hanya pada draft blue print tapi harus
mencakup prosesimplementasinya. Karena itu segala sesuatu yang dimasukkan
didalam putusan kebijakan tersebut perlu dipertimbangkan dengan secermat
mungkin fasibilitas atau kelayakannya. Perencanaan yang baik adalah perencanaan
yang dapat dilaksanakan.Dengan memahami arti atau definisi perencanaan seperti
yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu sebenarnya alat
peubah dan alat pengendali perubahan.Pembangunan itu mengandung arti merubah
untuk maju dan berkembang menuju arah tertentu, dan perencanaan adalah
rumusanyang mengandung semua perubahan itu serta petunjuk untuk mewujudkannya.
Karena itu pembangunan dan perencanaan dalam pengertian ini tidak dapat
dipisahkan karena memang salingmelengkapi dan saling membutuhkan. Ini berarti
setiap upaya pembangunan memerlukan perencanaan, dan setiap perencanaan adalah
untuk mewujudkan upaya pembangunan.
E. Mekanisme
dan Prosedur Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan terdiri dari
beberapa jenis tergantung dari sisi melihatnya. Dari tinjauan cakupannya,
perencanaan pendidikan ada yang bersifat nasional atau makro, ada pula yang
bersifat daerah atau regional, ada juga yang bersifat lokal dan adapula yang
bersifat kelembagaan atau institusional.Perencanaan pendidikan pada tingkat
nasional mencakup seluruhusaha pendidikan untuk mencerdaskan atau membangun
bangsa termasuk seluruh jenjang, jenis, dan isinya. Pembangunan sektor
pendidikan di Indonesia diatur dalam perencanaan pendidikan yangbersifat
nasional ini.Perencanaan pendidikan regional adalah perencanaan pada tingkat
daerah atau provinsi yang mencakup seluruh jenis dan jenjang untuk daerah atau
propinsi itu. Pada sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mungkin ini
dikenal dengan sistem wilayah,bilamana wilayah itu secara operasional mencakup
suatu daerah atauprovinsi tertentu. Perencanaan pendidikan lokal adalah perencanaan
pendidikan yang mencakup berbagai kegiatan untuk Kota atauKabupaten tertentu
saja.Perencanaan pendidikan kelembagaan adalah perencanaan pendidikan yang
mencakup satu institusi atau lembaga pendidikan tertentu saja, seperti:
perencanaan sekolah, atau perencanaan universitas tertentu.Ditinjau dari posisi
dan sifat serta karakteristik perencanaan,perencanaan pendidikan itu ada yang
bersifat terpadu, dan yang bersifat komprehensif, ada yang bersifat
transaksional dan ada pula yang bersifat strategik.Perencanaan pendidikan
terpadu atau Integrated Educational Planning
mengandung arti bahwa perencanaan
pendidikan itu mencakup seluruh aspek esensial pembangunan pendidikan dalampola
dasar perencanaan pembangunan nasional. Ini berarti bahwa perencanaan
pendidikan pada tingkat makro atau nasional hanyalah merupakan bagian integral
dari keseluruhan perencanaan pembangunan nasional. Kedudukan perencanaan
pendidikan inisama dengan kedudukan perencanaan pembangunan ekonomi, atau
perencanaan pembangunan sektor pembangunan lainnya.Keterpaduan pola pikir yang
diterangkan dalam perencanaan ini menerapkan konsep General Systems Theory
yang memandangupaya pembangunan sebagai
suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang dalam hal ini berbagai
sektor pembangunan.Pembangunan setiap sektor haurs terpadu dan saling mempunyai
keterkaitan erat hingga sumber-sumber daya yang dipergunakan dapat secara
optimal diatur dalam pemanfaatannya hingga efektif.Perencanaan pendidikan
komprehensif mengandung konsep keseluruhan yang disusun secara sistemik dan
sistematik. Seluruh aspek penting pendidikan mencakup dan disusun secara
teratur danrasional hingga membentuk satu keseluruhan yang lengkap dansempurna.
Kelengkapan dan keteraturan dalam pola dasar yang sistemik inilah yang
merupakan ciri utama perencanaan pendidikan yang komprehensif.Perencanaan
strategik adalah perencanaan yang mengandung pendekatan Startegic Issues
yang dihadapi dalam upaya membangun
pendidikan. Kalau isu pokok pembangunan pendidikan dewasa ini tentang Quality
Declining, maka perencanaan pendidikan yang mengambil fokus atau prioritas
pembangunan kualitas pendidikan,maka perencanaan yang dikembangkan untuk
mewujudkan prioritas ini disebut perencanaan strategik pembangunan
pendidikan.Perencanaan pendidikan strategik ini bertitik tolak dari gagasan
untukmenanggulangi National Emerging Issues
dan bertitik tolak dari pikiran bahwa
sumber-sumber daya itu amat langka, karena itu penggunaannya harus diatur
secermat dan seefisien mungkin hingga output yang diharapkan memang merupakan
keluaran yang efektif.Ditinjau dari sisi metodologi, perencanaan pendidikan itu
dapat disebut Rational atau Systematic Planning
, karena perencanaan ini menggunakan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik berpikir sistematis dan rasional ilmiah. Comprehensive Planning Model Schiefelbein,Integrated
Planning menurut Asia Model umpamanya dapat disebutsebagai Systematic
Planning atau Rational Planning
yang bercirikanketerikatan pada ketentuan
dan peraturan perhitungan yang rasionaldan teliti dan sebagai hasil kalkulasi
komputer umpamanya. Prinsip System dan Rational Decision
Making jelas terlihat dalam planning seperti
di atas.Planning yang mencoba menciptakan linkage yang
kuat danserasi antara rancangan yang telah ditetapkan dengan kenyataanimplementasi
rancangan oleh administrator disebut dengan Transactional Planning.
Transactional Planning menurut Warwick (1980) adalah: “
To forge strong
links between the planning and implementation
of development programs
.Transactional Planning is chosen
to highlight the essentially interactive and political nature of
effective development planning and program implementation”.
Menurut survei (Warwick, 1980) ternyata
kebanyakan negaraberkembang terdapat kesenjangan antara The Myth
Planning dan The Reality of The Plan.
Kesenjangan ini terutama disebabkan
terutama oleh keengganan administrator dan politisi untuk terlalu terikat
kepada planning yang sudah ada, karena Rational Planning ternyata
terlalu ketat hingga planning kehilangan kemampuannya untuk
meresponterhadap berbagai tantangan yang muncul.Transactional Planning mencoba
menampung aspirasi administrator dan politisi untukmencoba menciptakan hubungan
yang nyata antara Planning Theory
dan Planning Practice. Secara konseptual Transactional Planning terdiri dari tiga bagian,yaitu:
Pertama, komponen environment yang juga terdiri dari remote environment,
proximate environment, operating environment. Kedua, plan
formulation yang mencakup process
dan contents. Dan Ketiga, plan implementation yang mencakup facilitating
conditiond dan impeding conditions. Data dasar atau base line data untuk perencanaan
pendidikan mempunyai fungsi yang amat penting, sebab tanpa data perencanaan
atau planners
tidak mungkin dapat mengembangkan
perencanaanpendidikan yang diperlukan. Data dasar ini mencakup berbagai
aspekbukan saja tentang pendidikan tetapi juga data di luar pendidikanyang
mempunyai keterkaitan erat dengan pendidikan. Karateristikdata yang diperlukan
untuk pengembangan perencanaan pendidikanini sesuai dengan sifat perencanaan
pendidikan yang multi disiplinair.Adapun data dasar yang diperlukan dapat
dikelompokkan seperti berikut ini:
1. Kependudukan mencakup struktur
penduduk, distribusipenduduk menurut daerah, pertumbuhan penduduk, populasiusia
sekolah yang ada di dalam sistem persekolahan danyang berada di luar sistem,
dan struktur angkatan kerjaberdasarkan kategori kerja dan pendidikan. Data
inidiperlukan untuk menentukan cakupan populasi yang perlumemperoleh kesempatan
pendidikan dalam kaitannya dengankebutuhan pada berbagai sektor pembangunan.
2. Data ekonomi mencakup anggaran pendapatan dan belanjanegara,
GNP,
Revenue Sources,
tingkat pertumbuhanekonomi, dan
pertumbuhan ekonomi per tahun serta jumlahdan kecenderungan investasi terhadap
pendidikan. Data inidiperlukan dalam kaitannya dengan kemampuan
ekonomipemerintah untuk memperluas kesempatan pendidikan danuntuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pendidikan dalampenggunaan sumber dana yang tersedia
3. Kebijakan nasional yang merupakan
keputusan politikmencakup falsafah dan tujuan nasional, keputusan
badanlegeslatif negara yang harus menjadi pegangan upayapembangunan untuk
seluruh sektor, dan falsafah pendidikanyang dianut.
4. Data kependidikan mencakup
enrollment untuk setiap jenjangdan jenis, personel pendidikan yang
terlibat dalampenyelenggaraan pendidikan, lulusan,drop out,
perpindahan,kenaikan dari kelas atau
tingkat yang satu ke tingkat yanglain, kurikulum fasilitas pendidikan, dana
pendidikan,manajemen, dan output
pendidikan.
5. Data ketenagakerjaan mencakup jumlah dan jenis
Man Power yang
diperlukan dalam setiap sektor pembangunan,persyaratan kerjaan, kelompok jenis
kerja yang langka tapiamat diperlukan, dan kemampuan pasaran kerja
dalammerespon terhadap lulusan untuk memberikan kesempatankerja kepada mereka.
6. Nilai dan sosial
budaya mencakup agama denganpemeluknya, sistem nilai yang berlaku dan
dipegang olehmasyarakat, berbagai jenis dan bentuk kebudayaan yang ada atau
mungkin yang dapat digali dan dikembangkan. Data iniperlu sebagai imbangan
terhadap data kuantitatif dalamrangka pengembangan berbagai program akademik
yangdijiwai oleh nilai kemanusiaan yang luhur.
Pengumpulan data yang diperlukan di atas,
dilakukan melalui survei dengan kontrol yang ketat untuk memelihara kualitas
data.Kegiatan pengumpulan data ini dikaitkan dengan tahapan dalam proses
perencanaan untuk menentukan titik berangkat perencanaan.Dengan adanya data ini
segala keberhasilan, kekuatan, kesulitan,kelemahan dapat ditelusuri sedemikian
rupa hingga planner dapatmengembangkan titik berangkat
perencanaan sesuai dengan tahapyang telah dicapai. Kegiatan ini lazim disebut
dengan Assessment
of Needs
kegian mengkaji kebutuhan yang perlu
dipenuhi dalampembangunan pendidikan untuk periode berikutnya.Penerapan
teknik-teknik untuk mengkaji berbagai aspek-aspekkuantitatif pendidikan dan
untuk memproyeksi kecenderungan masadepan tidak dapat dilakukan tanpa data
dasar yang lengkap. Secarapraktis tanpa data kegiatan untuk menyusun
perencanaan yang baiktidak dapat dilaksanakan. Uraian ini menunjukkan bahwa
kedudukandata dasar dalam proses perencanaan begitu penting, hingga planner
tidak mempunyai piliahan lain kecuali
memiliki data tersebut dalam mewujudkan tugasnya sebagai perencana.Kegiatan
perencanaan adalah kegiatan yang sistemik sequensial,dan karena itu
kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunanperencanaan dan pelaksanaan
perencanaan memerlukan tahapan-tahapan sesuai dengan karakteristik perencanaan
yang sedang dikembangkan. Banghart mengembangkan tahapan perencanaansebagai
berikut ini:
1. Proloque : pendahuluan atau
langkah persiapan untukmemulainya suatu kegiatan perencanaan.
2.Identifying educational planning
problems
yang mencakup:
(a) delineating the scope of educational problem atau menentukan
ruang lingkup permasalahan perencanaan,
(b) studying what has been atau mengkaji
apa yang telahdirencanakan,
(c) determining what has been versus what should be artinya membandingkan apa yang telah dicapaidengan apa yang seharusnya
dicapai,
(d) resources and contraints atau
sumber-sumber daya yang tersedia danketerbatasannya,
(e) estabilishing educational planning parts and priorities artinya mengembangkan bagian-bagianperencanaan dan prioritas perencanaan.
3.Analizing planning problem area
artinya mengkajipermasalahan perencanaan
yang mencakup:
(a) Study areas and systems of subareas artinya mengkaji permasalahan dansub permasalahan,
(b) gathering date artinya
pengumpulan data tabulating data atau tabulasi
data,
(c) for casting atau proyeksi.
4.Conceptualizing and designing plans,
mengembangkanrencana yang mencakup:
(a) identifying prevailing trends atau identifikasi kecenderungan-kecenderungan yang ada,
(b) estabilishing goals and objective atau merumuskan tujuanumum dan tujuan khusus,
(c) designing plans, menyusun rencana.
5.Evaluasting plan,
menilai rencana yang telah disusun tersebutyang
mencakup:
(a) planning through simulation, simulasi rencana,
(b)
evaluating
plan, evaluasi rencana,
(c) selecting a plan, memilih rencana.
6.Specifying the plan,
menguraikan rencana yang mencakup:
(a) problem formulation, merumuskan masalah,
(b) reporting result atau menysusun hasil rumusan dalam bentuk
final plan draft atau rencana terakhir.
7.Implementing the plan,
melaksanakan rencana yangmencakup:
(a) Program preparation,persiapan rencanaoperasional,
(b) plan approval, legaljustification, persetujuandan
pengesahan rencana,
(c) organizing operational units, mengatur aparat sekolah.
8.Plan
feedback,
balikan pelaksanaan rencana yang mencakup:
(a) monitoring the plan, memantau pelaksanaan rencana,
(b) evaluation the plan, evaluasi pelaksanaan rencana,
(c) adjusting, altering or planning for what, how, and by whom yang berarti mengadakan penyesuaian, mengadakanperubahan rencana atau
merancang apa yang perludirancang lagi bagaimana rancangannya, and oleh
siapa(Banghart & Trull, 1973).
Gambaran tentang proses dan tahapan
seperti berikut ini memberikan penjelasan yang lebih komprehensif bukan saja
keseluruhan proses dan komponen yang terlibat didalamnya, tapi juga keterkaitan
antar kegiatan berbagai komponen dan unsur-unsur yangada dalam proses tersebut.
Chesswas juga mengungkapkan proses dan tahapan perencanaan dalam bentuk yang
lebih sederhana dan logis. Proses dan tahapan tersebut adalah seperti tercantum
berikut ini:
1. Need assessment
artinya kajian terhadap kebutuhan yang
mencakup berbagai aspek pembangunan pendidikan yang telah dilaksanakan,
keberhasilan, kesulitan, kekuatan,kelemahan, sumber-sumber yang tersedia,
sumber-sumber yang perlu disediakan, aspirasi rakyat yang berkembang terhadap
pendidikan, harapan, dan cita-cita yang merupakan dambaan masyarakat. Kajian
ini penting artinya karena membandingkan antara
what has been dan should be,yang merupakan pangkal tolak kegiatan perencanaan.
2. Formulation of goals and objective:
perumusan tujuan dansasaran perencanaan
yang merupakan arah perencanaanserta merupakan penjabaran operasional dari
aspirasi filosofismasyarakat.
3. Policy and priority setting:
penentuan dan penggarisan kebijakan dan
prioritas dalam perencanaan pendidikan sebagai muara need
assessment.
4. Program and project formulation:
rumusan program dan proyek kegiatan yang
merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan.
5. Feasibility testing
dengan melalui alokasi sumber-sumber yang
tersedia dalam hal ini terutama sumber dana. Biaya suatu rencana yang disusun
secara logis dan logis dan akurat serta cermat merupakan petunjuk tingkat
kelayakan rencana.Rencana dengan alokasi biaya yang tidak akurat atau
mengandalkan sumber daya luar negeri umpamanya, dianggap tingkat feasibilitas yang
kecil, karena tidak dibangundi atas dasar kekuatan sendiri.
6. Plan implementation:
pelaksanaan rencana untukmewujudkan
rencana yang tertulis ke dalam perbuatan atau
actions.
Penjabaran rencana ke dalam perbuatan
inilah yang menentukan apakah suatu rencana itu feasible, baik danefektif.
7. Evaluation and revision for future plan:
kegiatan untuk menilaitingkat keberhasilan
pelaksanaan rencana yang merupakan feedback untuk merevisi dan
mengadakan penyesuaianrencana untuk periode rencana berikutnya. Dengan adanya feedback seperti
ini perencana memperoleh iniput yangberharga untuk meningkatkan rencana untuk
tahun-tahun berikutnya (Chesswas, 1973).Proses perencanaan yang diuraikan oleh
Banghart lebih kompleks dan detail dibandingkan dengan proses perencanaan yang
dikembangkan oleh Chesswass. Yang tersebut terakhir ini lebih sederhana tapi
menuju sasarannya.Berdasarkan telaah terhadap tahapan dalam proses perencanaan
yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas tampaknya secara sederhana proses
perencanaan terdiri beberapa komponen utama yang esensial yang secara prinsipil
tidak dapat ditinggalkan.Komponen-komponen itu adalah sebagai berikut:
1.Kajian terhadap hasil perencanaan pembangunan pendidikan
periode sebelumnya sebagai titik berangkat perencanaan.
2. Rumusan tentang tujuan umum perencanaan pendidikan yangmerupakan
arah yang harus dapat dijadikan titik tumpu kegiatan perencanaan.
3. Rumusan kebijakan atau posisi yang
kemudian dapatdijabarkan ke dalam strategi dasar perencanaan yang merupakan
respon terhadap cara mewujudkan tujuan yang ditentukan.
4. Pengembangan program dan proyek sebagai operasionalisasi
prioritas yang ditetapkan.
5.Schedulling
dalam arti mengatur menemukan dua aspek
yaitu keseluruhan program dan prioritas secara teratur dan cermat karena
penjadwalan ini secara makro mempunyai arti tersendiri yang amat strategik bagi
keseluruhan pelaksanaan perencanaan.
6. Implementasi rencana termasuk didalamnya proses legalisasidan
persiapan aparat pelaksana rencana, pengesahandimulainya suatu kegiatan,
monitoring dan controlling
untukmembatasi kemungkinan tindakan yang
tidak terpuji yang dapat merupakan hambatan dalam proses pelaksanaan rencana.
7. Evaluasi dan revisi yang merupakan
kegiatan evaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan dan kegiatan
untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan baru yang
berkembang.Bila ketiga model proses yang diuraikan di atas dibandingkan,maka
terlihat dengan nyata adanya unsur-unsur esensial yang samadalam proses
pengembangan rencana pembangunan pendidikan.
Dengan adanya unsur-unsur yang sama
tersebut, maka dapat ditarikkesimpulan bahwa peoses perencanaan adalah suatu
proses yang diakui perlu dijalani secara sistematik dan berurutan karena
keteraturan itu merupakan proses rasional sebagai salah satu
property perencanaan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar